Kamis, 02 Maret 2017

PERMAINAN APOLO AIR DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA


Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd
 
Membuat Mainan Apolo Air
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek  sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk dalam Sujiono, 2009:6). Menurut para ahli psikolog, anak usia dini (0-8 tahun) sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan potensinya. Usia ini sering disebut dengan “golden age” atau masa keemasan yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang lagi, yang sangat menentukan untuk pengembangan kualitas selanjutnya.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksploreasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan eksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh karena anak sangat senang dengan lingkungan yang dapat digunakan untuk belajar, maka pendidik haruslah menciptakan lingkungan yang memberikan kesempatan anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana lingkungan belajar anak. Menurut Sujiono (2009:7) memberi kesempatan dan menunjukkan permainan serta alat permainan tertentu dapat memicu munculnya masa peka atau menumbuh kembangkan potensi anak yang memasuki masa peka, anak akan dapat mengeksplorasi lingkungannya sehingga kognitif anak akan meningkat dan berkembang secara sendirinya.
Pengembangan kognitif pada hakikatnya merupakan proses mental untuk mengidentifikasi, mengingat, menghubungkan, membilang, menjelaskan, mengklasifikasi, menganalisis, serta mengaplikasikan sesuatu. Pengembangan kognitif dapat juga dimaknai sebagai kemampuan memecahkan masalah atau menciptakan karya yang dihargai dalam sesuatu budaya. Dalam Kemdiknas (2010:11) untuk memudahkan guru atau orang dewasa dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak sehingga dapat tercapai optimalisasi potensi pada setiap anak, maka pengembangan kemampuan kognitif dikalsifikasikan sebagai berikut: 1) Pengembangan kemampuan auditori, 2) Pengembangan visual, 3) Pengembangan taktil, 4) Pengembangan kinestetik, 5) Pengembangan aritmatika, 6) Pengembangan geometri, dan 7) Mengembangkan sains permulaan.
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) pada saat ini, dalam penerapannya masih jauh dari prinsip pembelajaran bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Pembelajaran banyak dengan hanya memberikan tugas, lembar kerja kepada anak, sehingga dapat membatasi ruang kretaifitas anak dalam belajar, lebih lagi pembelajaran hanya dilakukan hanya didalam kelas, sehingga anak menjadi jenuh dan bosan. Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) hendaknya diterapkan dengan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain anak akan dapat mengembangkan potensi kemampuan nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik (motorik halus dan motorik kasar), kognitif, bahasa dan kepribadiannya. Melalui aktivitas bermain inilah anak akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kognitifnya. Anak akan memahami benda atau peristiwa baru berdasarkan teori yang telah dia miliki dengan mengeksploitasi benda-benda yang ia gunakan untuk bermain atau eksperimen terhadap permainan yang ia gunakan. Dari bermain inilai kognitif anak dengan sendirinya dapat berkembang secara optimal. Didalam pedoman pengembangan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (Kemdiknas 2010:18) pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mrnemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan berfikir secara teliti.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap anak kelompok B TK Negeri Pembina Kota Malang, ditemukan beberapa permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan perkembangan kemampuan kognitif. Dalam kegiatan pembelajaran pengenalan warna melalui kegiatan permainan warna guru memberikan media pembelajaran hanya berupa kertas dan 3 warna dasar. Guru hanya menjelaskan tentang teknik permaianan warna, tetapi tidak menjelaskan apa yang terjadi jika warna tersebut dicampur. Dari hasil pengamatan terdapat 21 anak belum dapat memahami mengenai pencampuran warna dan, dan hanya 3 anak yang mampu memahami tentang pencampuran warna dan memiliki kemampuan kognitif yang lebih dibandingkan teman yang lainnya. Dari analisis tersebut diatas terdapat 87% anak masih belum dapat memahami tentang pencampuran warna dan hanya 13% anak yang mampu memahami tentang pencampuran warna. Kebanyakan anak hanya bisa mencampurkan warna saja tetapi kurang bisa memahai bermacam warna yang ditimbulkan dari 3 warna dasar apabila dicampur.
Identifikasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran adalah aspek kognitif yang berhubungan dengan memahami permainan warna dan mengetahui macam warna yang ditimbulkan akibat pencampuran dari 3 warna dasar. Berdasarkan analisis dan daya dukung yang ada maka masalah yang harus segera mendapat solusi adalah aspek perkembangan kognitif terutama yang berhubungan dengan pencampuran warna. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan pembelajaran yang menarik sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Memperhatikan hal tersebut diatas dan dalam upaya untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pengembangan kognitif anak, maka peneliti melakukan sebuah penelitian untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui penerapan pembuatan mainan apolo air untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Dalam permainan apolo air terdapat kegiatan sains sederhana yaitu mengenai spektrum warna melalui kegiatan permainan pencampuran warna. Hal ini dipilih karena peneliti menganggap sains merupakan salah satu upaya pengembangan kognitif diantar tujuh klasifikasi pengembangan kognitif.

METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dipilih dalam penelitian ini, karena penulis ingin memecahkan masalah pembelajarn yang terjadi di kelas. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Negeri Pembina Kota Malang melalui pembuatan mainan Apolo Air. Hal ini merujuk pada pendapat Akbar (2009:26) bahwa PTK adalah proses investivigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran dikelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran dan hasil pembelajaran dikelas tertentu. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur pokok sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tidakan, (3) pengamatan/obervasi, dan (4) refleksi dan perencanaan ulang untuk siklus berikutnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan model siklus Kemmis & MC Taggart yang mengembangkan model siklus yang dikembangkan Kurt Lewin. Model yang dikembangkan oleh Kemmis & MC Taggart ini lebih dari satu siklus
Hal yang belum teratasi pada siklus pertama, dilanjutkan pada siklus kedua, apa yang belum teratasi pada siklus kedua dilanjutkan pada siklus ketiga, dan seterusnya (Akbar, 2009:34). Model penelitian ini menggunakan model PTK guru menjadi peneliti dengan acuan model PTK yang telah dikembangkan oleh Kemmis & Tagart.
Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi refleksi dan perbaikan. Penelitian tindakan kelas akan berakhir jika permasalahan penelitian sudah terpecahkan dan tujuan penelitian sudah tercapai. Peneliti merencanakan penelitian pada siklus 1 sebagai berikut: 1) Perencanaan: Tahap perencanaan dimulai sejak penyusunan proposal, peneliti memulai tahapan sebagai berikut: a)mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dikelas yang berhubungan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak melalui wawacara dengan guru dan observasi pada anak, b) Menetapkan alasan permasalahan pada aspek perkembangan kognitif dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya, merumuskan masalah secara jelas, menetapkan alternatif pemecahan masalah yang akan digunakan, c) Memilih pemecahan masalah dengan menjabarkan indikator untuk membuat rancangan tidakan yaitu menyusun rancangan kegiatan harian, skenario, metode, media yang akan digunakan, d) Membuat instrumen penilaian yaitu lembar observasi kegiatan pembelajaran dan lembar penilaian dari penjabaran indikator yang sudah dipilih. 2) Tindakan: penerapan rancangan kegiatan harian dan skenario penerapan pembuatan mainan Apolo Air untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui tema yang ada disekolah. (pemilihan tema disesuaikan dengan pelaksanaan tindakan), 3) Pengamatan: peneliti melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan tindakan, mencatat permasalahan yang terjadi dalam siklus 1, 4) Refleksi: mengkaji menyeluruh hasil dari tindakan yang telah diterapkan, berdasarkan data yang sudah terkumpul. Jika terdapat permasalahan dalam refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus 1 maka akan dilakukan pengkajian melalui siklus berikutnya atau siklus 2.
Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai peneliti yang berkolaburasi dengan guru kelas TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, disini peneliti mengamati semua gejala yang tampak pada saat penelitian, peneliti berperan langsung dalam penelitian ini mulai dari identifikasi masalah merancang penelitian hingga pelaksanaan penelitian, observasi dan refleksi dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian dilakukan di TK Negeri Pembina 1 Kota Malang Jalan Cibogo Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen Kota Malang  pada semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Pebruari sampai dengan April 2012. Subyek penelitian adalah anak usia 5-6 tahun, kelompok B2 sebanyak 24 anak yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 17 anak laki-laki di TK Negeri Pembina 1 Kota Malang.
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa proses kegiatan pembuatan mainan Apolo Air melalui kegiatan percobaan sains sederhana. Disamping itu diperlukan data kuantitatif  berupa penilaian perkembangan kemampuan kognitif anak dalam proses penerapan pembuatan mainan Apolo Air melalui kegiatan percobaan sains sederhana..
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah anak kelompok B yang dijadilkan subyek penelitian pengembangan kemampuan kognitif anak melalui penerapan pembuatan mainan Apolo Air dengan kegiatan percobaan pencampuran warna . Sumber data yang lain adalah guru yang berperan sebagai peneliti dan pengamat dalam pelaksanaan pembuatan mainan Apolo Air melalui percobaan sains sederhana, rancangan kegiatan harian, media, dan format dari beberapa aspek indikator yang telah ditentukan.
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa proses kegiatan pembuatan mainan Apolo Air melalui kegiatan percobaan sains sederhana. Disamping itu diperlukan data kuantitatif  berupa penilaian perkembangan kemampuan kognitif anak dalam proses penerapan pembuatan mainan Apolo Air melalui kegiatan percobaan sains sederhana..
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah anak kelompok B yang dijadilkan subyek penelitian pengembangan kemampuan kognitif anak melalui penerapan pembuatan mainan Apolo Air dengan kegiatan percobaan pencampuran warna . Sumber data yang lain adalah guru yang berperan sebagai peneliti dan pengamat dalam pelaksanaan pembuatan mainan Apolo Air melalui percobaan sains sederhana, rancangan kegiatan harian, media, dan format dari beberapa aspek indikator yang telah ditentukan.
Proses pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Observasi, suatu tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati obyek secara langsung untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang timbul dalam pembelajaran dan mengamati pelaksanaan pembuatan mainan Apolo Air melalui percobaan sains sederhana.  Peneliti juga mengamati perkembangan kemampuan anak dalam melakukan percobaan sederhana, mengungkapkan sebab akibat terjadinya sesuatu, mengisi air kedalam wadah, dan mengukur benda dengan berbagai media. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan datang langsung ke TK Negeri Pembina 1 Kota Malang di kelompok B, 2) Dokumentasi, tindakan mengumpilkan data, baik data tertulis maupun data gambar. Proses dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data gambar menggunakan kamera yaitu saat proses penelitian berlangsung pada kegiatan pembuatan mainan Apolo Air melalui kegiatan percobaan sains sederhana.. Dokumentasi awal pada saat menganalisis data bisa didapat dari dokumen penilaian yang ada disekolah, 3) Unjuk Kerja, proses ini dilakukan pada setiap siklus. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah disusun dengan melakukan pembuatan mainan Apolo Air percobaan sains sederhana yaitu pencampuran warna (spektrum warna). Kegiatan ini dilakukan pada kegiatan inti.
Analisis data dilakukan dengan deskritif kualitaif maupun kuantitatif. Analisis data kualitatif diperuntukkan menganalisis proses penerapan pembuatan mainan Apolo Air yang dilakukan dengan tahapan, reduksi data, paparan data, kategorisasi data, penafsiran/pemaknaan, dan menyimpulkan hasil analisis. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui proses seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna. Paparan data merupakan upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk narasi atau bentuk lain. Penyimpulan dilakukan dengan melihat hasil pemaparan data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat singkat, padat dan bermakna. Data kualitatif didapat dari pengamatan berupa catatan selama proses pembelajaran berlangsung.
Analisis data yang bersifat deskriptif kuantitatif dilakukan dengan analisis prosentase, dan analisis rata-rata. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data perkembangan kognitif anak dilambangkan dengan bobot angka penilaian (4, 3, 2, 1). Untuk menentukan nilai kemampuan perkembangan kognitif setiap anak melalui pembuatan mainan Apolo Air dengan menggunakan rumus rata-rata hitung (mean).
Indikator keberhasilan peningkatan kemampuan perkembangan kognitif anak dikatakan berhasil apabila presentase nilai akhir anak 75%  Kriteria keberhasilan penilaian aspek perkembangan kognitif  individu anak ini didasarkan pada kreteria standar minimal nilai yang ada pada TK Negeri Pembina 1 Kota Malang. Indikator keberhasilan kelas apabila presentase kelas mencapai > 70%  dari jumlah anak dalam kelas telah mencapai KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal), maka penelitian ini dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui pembuatan mainan Apolo Air dan siklus dapat dihentikan.

HASIL
Siklus I
Kegiatan pra tindakan merupakan pengamatan awal terhadap anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Kota Malang yang dilaksanakan pada 16 Januari sampai 11 Pebruari 2012. Pengamatan dan penilaian awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dengan mengiidentifikasi permasalahan yang muncul pada pengembangan kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan berpikir dalam menganalisis kasus dan membantu anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, sehingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa perkembangan kemampuan berpikir anak dalam memecahkan masalah pada saat menghadapi tugas yang diberikan guru masih kurang. Anak merasa kebingungan menghadapi masalah tersebut, terutama yang berhubungan dengan pengenalan warna. Anak tidak dapat menemukan sebuah warna yang diminta oleh guru/yang diinginkan oleh anak. Dari analisis tersebut diatas terdapat 87% dari keseluruhan anak masih belum mampu mengenali pencampuran warna. Kebanyakan anak hanya bisa mencampurkan warna saja tetapi kurang bisa memahai bermacam warna yang ditimbulkan dari 3 warna dasar apabila dicampur.
Berdasarkan data diatas peneliti melakukan analisis terhadap permasalahan tersebut untuk melakukan perbaikan pada kegiatan pembelajaran pengenalan warna yang berhubungan dengan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Negeri Pembina 1 Kota Malang melalui  Penelitian Tindakan Kelas.
Perencanaan Tindakan Siklus I dalam tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan perencanaan dalam tindakan kelas untuk menerapkan pembuatan mainan Apolo Air  untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B di TK Negeri Pembina 1 Kota Malang. Adapun perencanaan tindakan sebagai berikut: 1) Membuat rancangan tindakan yaitu menyusun rancangan kegiatan harian, skenario, metode, media yang akan digunakan berdasarkan indikator yang ditentukan, 2)Membuat instrument penelitian yaitu lembar observasi kegiatan pembelajaran dan lembar penilaian dari indikator yang sudah dipilih, 3) Menyiapkan tempat dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan.
Pada kegiatan awal peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan berbaris didepan kelas dan kemudian anak masuk kedalam kelas. Untuk mengawali kegiatan anak berdo’a, bernyanyi, salam dan absensi. Pada awal kegiatan tiga anak maju kedepan melakukan kegiatan berbagi cerita dan bertanya tentang pengalaman bermain air. Pada kegiatan awal pertama anak-anak diajak tanya jawab tentang guna/manfaat air. Guru menanyakan guna air dalam kehidupan sehari-hari, anak menjawab dengan bermacam-macam manfaat/guna air dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menunjukkan beberapa gambar tentang manfaat/guna air, anak merespon dengan baik sambil menanyakan apa yang ada didalam gambar. Pada akhir kegiatan tanya jawab guru memberikan penguatan tentang manfaat/guna air dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum berlanjut pada kegiatan inti yaitu membuatan mainan Apolo Air , guru mengajak anak berjalan lurus diatas garis seolah menyeberangi sungai, anak dengan semangat mengikuti kegiatan tersebut dengan penuh suka ria.
Pada kegiatan inti membuatan mainan Apolo Air , anak akan melakukan sebuah percobaan pencampuran warna untuk dijadikan sebuah mainan Apolo Air. Adapun langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut: 1) Anak mengisi gelas dengan air, kemudian dicampur dengan warna dasar (merah, kuning, dan biru), pencampuran warna sesuai dengan keinginan anak, 2) Kemudian air diaduk akan memunculkan warna baru dari hasil pencampuran warna, 3) Anak akan memasukkan air dengan menggunakan corong kedalam plastik panjang berukuran 60 cm, yang didalamnya sudah terdapat plastik kecil yang berisikan udara, lalu plastik diikat dengan rapat, 4) Anak mengukur panjang plastik berisi air dengan jengkal tangannya sendiri.
Hasil observasi pada pelaksanaan pembelajaran membuatan mainan Apolo Air, anak sangat senang karena anak membuat mainan sendiri, tetapi masih ada beberapa anak yang kurang antusias dalam pelaksanaannya. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pembuatan mainan Apolo Air sesuai dengan RKH yang telah direncanakan dan dapat memberikan penjelasan pada anak dengan baik. Dalam pelaksanaan pembuatan mainan Apopo Air, anak melakukan percobaan pencampuran warna kemudian dibuat sebuah mainan Apolo Air. Dari percobaan pencampuran warna masih banyak anak lupa warna yang dicampur, dan anak masih belum bisa menuang air kedalam wadah plaastik dengan baik, masih banyak air yang kececeran.
Berdasarkan hasil siklus I keberhasilan kelas mencapai 63 %. (15 anak) dapat memenuhi KKM > 75% dan masih terdapat 37% (9 anak) yang belum memenuhi KKM > 75%, maka penelitian belum berhasil. dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui pembuatan mainan Apolo Air dengan KKM keberhasilan kelas sebesar 70% .
Kegiatan pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan peneliti masih mengalami kekurangan. Adapun kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Guru belum dapat menyediakan alat sesuai dengan jumlah anak dalam satu kelas, sehingga dalam proses pembelajaran terjadi keributan karena anak berebut alat yang akan digunakan, maka diperlukan penambahan alat pada pelaksanaan siklus II, 2) Anak masih mengalami kesulitan mengenal warna hasil percobaan pencampuran warna, sehingga pada saat ditanya tentang warna yang muncul pada hasil pencampuran warna anak mengalami kesulitan, untuk siklus II diperlukan alat/media agar anak mudah mengingat, 3) Beberapa anak kesulitan mengukur panjang dengan jengkal, dan anak kurang percaya diri dengan hasil hitungannya karena panjang jengkal tiap anak tidak sama, maka untuk siklus II diganti dengan alat ukur yang valit, 4) Dalam pelaksanaan pembuatan mainan Apolo Air pada siklus berikutnya anak dibagi dalam dua kelompok agar tidak terjadi keributan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Siklus II
Berdasarkan refleksi dari penjabaran kegiatan pada siklus I pertemuan I dan II, ditemukan beberapa masalah dalam penerapan pembuatan mainanApolo Air . Rencana perbaikan kegiatan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Membuat rancangan tindakan yaitu menyusun rancangan kegiatan harian, skenario, metode, media yang akan digunakan berdasarkan indikator yang ditentukan, 2) Membuat instrument penelitian yaitu lembar observasi kegiatan pembelajaran dan lembar penilaian dari indikator yang sudah dipilih, 3) Menyiapkan tempat dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan, pada siklus II jumlah peralatan ditambah sesuai dengan jumlah anak, dan alat untuk mengukur panjang menggunakan alat ukur yang valit, 4) Menyediakan lembar kertas warna dasar untuk ditempelkan pada hasil pencampuran warna agar anak tidak lupa pada hasil pencampuran warnanya, sehingga anak akan menjadi percaya diri jika bercerita didepan temannya.
Pada kegiatan awal peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan berbaris didepan kelas dan kemudian anak masuk kedalam kelas. Untuk mengawali kegiatan anak berdo’a, bernyanyi, salam dan absensi. Pada awal kegiatan tiga anak maju kedepan melakukan kegiatan berbagi cerita dan bertanya tentang pengalaman bermain air. Pada kegiatan awal pertama anak-anak diajak tanya jawab tentang guna/manfaat air. Guru menanyakan guna air dalam kehidupan sehari-hari, anak menjawab dengan bermacam-macam manfaat/guna air dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menunjukkan beberapa gambar tentang manfaat/guna air, anak merespon dengan baik sambil menanyakan apa yang ada didalam gambar. Pada akhir kegiatan tanya jawab guru memberikan penguatan tentang manfaat/guna air dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum berlanjut pada kegiatan inti yaitu menerapan pembuatan mainan Apolo Air, guru mengajak anak berjalan lurus diatas garis seolah menyeberangi sungai, anak dengan semangat mengikuti kegiatan tersebut dengan penuh suka ria.
Pada kegiatan inti membuatan mainan Apolo Air, anak akan melakukan sebuah percobaan pencampuran warna untuk dijadikan sebuah mainan Apolo Air. Adapun langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut: 1) Anak mengisi gelas dengan air, kemudian dicampur dengan warna dasar (merah, kuning, dan biru), pencampuran warna sesuai dengan keinginan anak, 2) Kemudian air diaduk akan memunculkan warna baru dari hasil pencampuran warna. Dalam percobaan pencampuran warna, anak melakukan dua kali pencampuran warna. Salah satu dari hasil pencampuran warna tersebut yang akan dijadikan mainan Apolo Air, 3) Anak akan memasukkan air dengan menggunakan corong kedalam plastik panjang berukuran 60 cm, yang didalamnya sudah terdapat plastik kecil yang berisikan udara, lalu plastik diikat dengan rapat, kemudian anak menempelkan kertas sesuai dengan warna yang telah dicampurnya, 4) Anak mengukur panjang plastik berisi air dengan penggaris/meteran.
Hasil observasi pada pelaksanaan pembelajaran membuatan mainan Apolo Air, anak sangat senang dan antusias. Dalam kegiatan pembelajaran ini anak dibagi dalam dua kelompok sehingga guru dapat dengan mudah  mengawasi kegiatan anak. Guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RKH dan suasana pembelajaran sangat kondusif karena anak sangat antusias membuat mainan Apolo Air. Anak dapat melakukan pembuatan mainan Apolo Air dengan baik sesuai dengan harapan guru.
Berdasarkan hasil siklus II persentase keberhasilan kelas mencapai 75 %. (18 anak) dapat memenuhi KKM > 75%, dan 25% (6 anak) belum mencapai KKM > 75%. Dalam siklus II ini sudah memenuhi KKM keberhasilan kelas sebesar 70 % dari jumlah anak dalam kelas, maka penelitian dikatakan berhasil. dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui pembuatan mainan Apolo Air dan siklus dapat dihentikan.
Kegiatan pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan peneliti masih mengalami kekurangan. Adapun kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Anak sudah mampu membuat pencampuran warna dan menceritakan hasil temuan pencampuran warna walaupun masih ada beberapa anak yang belum bisa, maka perlu adanya bimbingan, 2) Anak sudah mulai bisa mengukur panjang benda dengan alat ukur yang valid, 3) Anak mampu membuat mainan Apolo Air walaupun ada beberapa anak yang masih belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditentukan, maka perlu pendampingan agar anak bisa melakukan dengan baik.
Penerapan pembuatan mainan Apolo Air diawali anak melakukan percobaan pencampuran warna dasar, yaitu merah, kuning dan biru, kemudian hasil dari pencampuran warna tersebut dimasukkan kedalam plastik berukuran panjang 60cm yang didalamnya sudah terisi plastik kecil yang berisi udara sehingga apabila air dimasukkan akan menjadi sebuah mainan Apolo Air.
Dalam pelaksanaannya masih ada beberapa nak yang belum dapat mengungkapkan hasil temuan pencampuran warna, sehingga anak memerlukan media untuk membantu anak lebih mudah mengungkapkan hasil pencampuran warna. Pada saat pembuatan mainan Apolo Air, anak dalam menuangkan/memasukkan air kedalam kantong plastik, ada beberapa anak yang dalam memasukkan air tercecer.
Pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan dalam kegiatan penerapan pembuatan mainan Apolo Air ini terpusat pada anak. Dalam pelaksanaan pembelajaran anak dapat belajar sambil bermain, karena dalam pelaksanaannya anak melakukan membuat mainan Apolo Air, sehingga kegiatan pembelajaran lebih terasa nyaman karena dirancang dalam bentuk permainan. Pembuatan mainan Apolo Air dilakukan oleh anak sendiri, guru hanya mengawasi dan memberikan bimbingan. Penerapan pembelajaran ini dirasakan oleh anak sangat menyenangkan dan tidak terasa apa yang dilakukan adalah merupakan proses belajar.
Diterapkannya permainan Apolo Air dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Negeri Pembina 1 Kota Malang karena dirancang secara berkesinambungan dan dapat memperoleh banyak pengetahuan Dalam proses pembelajaran anak tampak aktif dan kreatif. Pemahaman anak terhadap warna lebih meningkat dan dapat mengenal bermacam-macam warna dari pencampuran 3 warna dasar. Anak berani melakukan sebuah penelitian/eksperimen dan mengungkapkan pendapat tentang hasil temuannya, sehingga anak dapat mengetahui konsep sains sederhana mengenai spektrum warna serta sifat air dan udara melalui pembuatan mainan Apolo Air
Secara umum penerapan pembuatan Apolo Air dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Negeri Pembina Kota Malang. Peningkatan perkembangan kognitif
Kemampuan kognitif anak meningkat, maka dapat disampaikan bahwa dengan menerapkan pembuatan mainan Apolo Air kemampuan kognitif anak mengalami peningkatan dalam aspek berpikir dan anak mulai mengenal cara mencampur warna dari tiga warna dasar. Kemampuan kognitif anak meningkat dari siklus I ke siklus II, pada siklus I persentase keberhasilan kelas 63% atau 15 anak telah mencapai KKM > 75% dan 37% atau 9 anak yang belum mencapai KKM > 75%. Pada siklus II keberhasilan kelas meningkat menjadi 75% atau 18 anak telah mencapai KKM > 75% dan  25% atau 6 anak yang belum memenuhi KKM > 75% walaupun anak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini karenakan anak masih belum dapat memahami pembuatan mainan Apolo Air.
Indikator keberhasilan kemampuan kognitif anak yang dicapai antara lain: 1) percobaan sains pencampuran warna (K.3), 2) mengungkap sebab akibat (K.4), 3) mengisi air kedalam wadah (K.13), dan 4)  mengukur benda dengan berbagai media (K.11).

PEMBAHASAN
Bermain memiliki tujuan utama yaitu memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak ( Sujiono 2009:145). Aktivitas bermain merupakan bagian paling penting dalam kehidupan anak. Melalui aktivitas bermain tersebut anak berkesempatan untuk mengembangkan daya imajinasinya dan aspek kognitifnya (Triyono 2005:46)
Mainan Apolo Air adalah mainan yang terbuat dari air  hasil percobaan pencampuran warna, yang  dapat mengenalkan pada anak mengenai sifat-sifat air dan udara, kegiatan ini dilakukan melalui pembelajaran sains sederhana berbasis bermain sambil belajar.
Pembelajaran sains sederhana berbasis bermain sambil belajar merupakan salah satu stimulasi untuk perkembangan kemampuan kognitif anak, karena dalam pembelajaran sains anak melakukan observasi, eksporasi, dan memecahkan masalah sesuai dengan taraf perkembangan berpikir anak (Yulianti, 2010:65). Pada saat pembelajaran sains anak memiliki kesempatan untuk mengetahui sifat-sifat objek dengan cara mengamati, menyentuh, mencium, dan mendengar benda-benda yang digunakan, sehingga pengetahuan anak anak bertambah. Penerapan permainan Apolo Air melalui kegiatan pembelajaran sains sederhana bertujuan meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik, serta menumbuhkan kemampuan berpikir anak kelompok B TK Negeri Pembina 1 Kota Malang. Permainan Apolo Air diterapkan dalam dua siklus. Setiap satu siklus dilakukan dua kali pertemuan.
Pada siklus I dalam permainan Apolo Air anak melakukan sebuah percobaan pencampuran warna untuk dijadikan sebuah mainan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan, anak mengisi gelas dengan air, kemudian dicampur dengan warna dasar (merah, kuning, dan biru), pencampuran warna sesuai dengan keinginan anak, kenudian air diaduk akan memunculkan warna baru dari hasil pencampuran warna. Anak akan memasukkan air dengan menggunakan corong kedalam plastik panjang berukuran 60 cm, yang didalamnya sudah terdapat plastik kecil yang berisikan udara, lalu plastik diikat dengan rapat, kemudian anak mengukur panjang plastik berisi air dengan cengkalnya.
Setelah implementasi siklus I maka dilakukan refleksi untuk menemukan permasalahan yang terjadi pada saat penerapan dan melakukan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II, dari hasil refleksi dan observasi ditemukan beberapa permasalahan pada siklus I antara lain: 1) beberapa anak masih mengalami kesulitan mengenal warna hasil percobaan pencampuran warna, sehingga pada saat ditanya tentang warna yang muncul pada hasil pencampuran warna anak mengalami kesulitan, 2) anak kurang antusias karena alat yang disediakan terbatas sehingga anak merasa bosan dalam mengantri, dan 3)  anak kurang bisa mengukur panjang mainan dengan menggunakan jengkal tangan.
Berdasarkan hasil deskripsi penerapan permainan Apolo Air diatas, peneliti melakukan siklus II yang dilakukan dua kali pertemuan. Implementasi siklus II mengulang pada siklus I dengan perbaikan media dan kekurangan yang lainnya yang muncul pada saat kegiatan berlangsung yang berhubungan dengan keaktifan dalam kegiatan pembuatan mainan Apolo Air . Implementasi penerapan pembuatan mainan Apolo Air  pada siklus II hasil pencampuran warna ditempeli dengan kertas berwarna sesuai dengan warna yang telah dicampurnya. Pada siklus II ini alat diperbanyak agar anak tidak berebut serta antri terlalu lama, dan alat untuk mengukur diganti dengan penggaris/meteran.
Setelah implementasi siklus II maka dilakukan refleksi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar anak pada saat pelaksanaan siklus II, dari hasil refleksi dan observasi yang sudah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan: 1) pada siklus II anak sudah mampu membuat pencampuran warna dan menceritakan hasil temuan pencampuran warna, 2) anak sudah bisa mengukur panjang ,mainan dengan menggunakan garisan/meteran, dan 3) anak sudah bisa mengungkapkan sebab akibat terjadinya sesuatu (pencampuran warna) dan berani bercerita didepan.
Pelaksanaan siklus I dan II dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis sesuai dengan kemampuan anak sehingga pengetahuan anak menjadi bertambah serta kemampuan kognitif anak dapat meningkat dan berkembang dengan baik.
Pada awal penelitian dilakukan pengamatan dan penilaian awal untuk menilai dan mengkaji masalah yang muncul dalam proses kegiatan pembelajaran, kemudian melakukan identifikasi masalah pada aspek perkembangan kognitif. Masalah yang berhubungan dengan perkembangan kognitif anak kelompok B adalah masalah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Analisis dan reflesi terhadap temuan tersebut untuk melakukan perbaikan pada kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan kognitif, dengan melakukan penerapan permainan Apolo Air melalui pembelajaran sains sederhana berbasis bermain sambil belajar.
Hasil perolehan dalam penerapan pembuatan mainan Apolo Air dapat pada siklus I persentase keberhasilan kelas mencapai  63 %, dan pada siklus II menjadi 75 %. Dari sklus I ke siklus II sudah mengalami peningkatan 12 %., yang sebelumnya kemampuan kognitif anak pada pra tindakan mencapai 13 % anak yang kemampuan kognitifnya memenuhi KKM, sekarang setelah dilakukan tpenerapan pembuatan Apolo Air meningkat 62 % . Dari perolehan persentase tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan Apolo Air dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Hasil penerapan permainan Apolo Air melalui pembelajarn sains sederhana diperkuat oleh terori Piaget bahwa anak akan memahami pengetahuan melalui interaksi dengan objek yang ada dilingkungan sekitarnya dengan cara mengamati, menyentuh, mencium dan mendengarkan (Yulianti 2010:28). Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta, konsep, dan informasi baru sehingga pengetahuan anak bertambah dan kemampuan kognitif anak menjadi meningkat serta berkembang dengan baik. Hal ini tampak pada kegiatan pembuatan Apolo Air, anak memperoleh fakta tentang hasil pencampuran tiga warna dasar (merah, kuning, dan biru) akan menghasilkan warna baru. Anak juga mendapatkan konsep dasar pencampuran warna melalui pembuatan mainan Apola Air. Dari kegiatan pembuatan Apolo Air anak juga memperoleh pengetahuan atau informasi baru tentang sifat air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan sifat udara yang lebih ringan dari benda yang lainnya. Hal ini akan dapat dilihat oleh anak secara langsung apabila mainan mainan Apolo Air tersebut bila dibolak-balik, maka udara yang ada didalam plastik akan naik dan air akan mengalir kebawah.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penerapan pembuatan mainan Apolo Air untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Anak mengisi gelas dengan air, kemudian dicampur dengan warna dasar (merah, kuning, dan biru), pencampuran warna sesuai dengan keinginan anak, 2) Kemudian air diaduk akan memunculkan warna baru dari hasil pencampuran warna, 3) Anak akan memasukkan air dengan menggunakan corong kedalam plastik panjang berukuran 60 cm, yang didalamnya sudah terdapat plastik kecil yang berisikan udara, lalu plastik diikat dengan rapat, 4) Anak mengukur panjang plastik berisi air. Pada siklus I penerapan pembuatan mainan Apolo Air anak melakukan percobaan pencampuran warna yang kemudian dibuat mainan dan mengukur panjang maianan dengan jengkal, dan pada siklus II mengalami perbaikan alat ukur yang digunakan adalah penggaris dan pada mainan Apolo air yang dibuat anak ditempeli kerta berwarna sesuai dengan warna yang dicampunya, agar anak mengingat warna yang telah dicampurnya.
Pelaksanaan pembelajaran pembuatan mainan Apolo Air untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dilakukan dengan terpusat pada anak. Dalam pelaksanaannya anak melakukan percobaan pencampuran warna yang kemudian dibuat mainan apolo Air, sehingga anak dapat mengenal bermacam-macam warna dan dapat mengungkapkan sebab akibat dari hasil pencampuran warna.
Penerapan pembuatan mainan Apolo Air dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Negeri Pembina 1 Kota Malang dengan hasil siklus I persentase keberhasilan kelas 63 % atau 15 anak yang berhasil mencapai KKM > 75% dan  37% atau 9 anak yang belum memenuhi KKM . 75%. Pada siklus II meningkat menjadi 75 % atau 18 anak mencapai KKM > 75% dan 25% atau 6 anak belum mencapai KKM > 75% walaupun mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Saran
Bagi Guru Taman Kanak-Kanak, permainan Apolo Air dapat digunakan untuk memperbaiki dan variasi kegiatan pembelajarn yang dikelolanya dengan metode bermain sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Bagi Lembaga Taman kanak-Kanak, permainan Apolo Air dapat dijadikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kemampuan anak dalam aspek perkembangan kognitif. Bagi Peneliti Selanjutnya, permainan Apolo Air dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang sejenis dengan adanya perbaikan media dan cakupan lain serta aspek perekembangan anak usia dini, untuk peningkatan mutu penelitian selanjutnya.


Daftar Pustaka

Akbar, Sa’dun Dr. M.Pd. 2009. Penelitian Tindakan kelas Filosofi, Metodologi & Implementasi. Yogyakarta: Cipta Media Aksara

Depag. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Raudhatul Atfal. Jakarta: Depag

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Jakarta. Depdiknas

Harlock, B Elizabert. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Kemdiknas. 2010. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas

Kemdiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas

Kemdiknas. 2010. Tingkat Pencapaian perkembangan Anak taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas

Nugraha. Ali. Drs. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Sujiono, Yuliani Nuraini, Dr. M.Pd. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks

Saputra. M. Yudha & Rudyanto. 2005.  Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas

Semiawan. R. Cony. Prof. Dr. 2008. Belajar dan Pembelajar Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks

Soetjiningsih, dr. DSAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran ECG

Sujiono, Anas. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.

Triyono. 2005. Pintu-Pintu Pendidikan Kontekstual Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Yulianti, Dwi, Dra. M.Si. 2010. Bermain Sambil Belajar sains di Taman kanak-Kanak. Jakarta: PT. Indeks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar