Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd
Tatanan kehidupan umat manusia yang
didominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan menurut Collins dalam Dewi (2013:119).
Dalam tatanan itu, menurut Simone de Beauvoir (2013) perempuan ditempatkan
sebagai the second human being (manusia kelas dua), yang berada di bawah
superioritas laki-laki. Perempuan selalu dianggap bukan makhluk penting,
melainkan sekedar pelengkap yang diciptakan dari dan untuk kepentingan
laki-laki. Akibatnya, ada pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan,
dimana perempuan biasanya ditempatkan di ranah domestik, sedangkan laki-laki
berada di ranah publik (Beauvoir, 2003:ix).
Keadilan dan
kesetaraan gender merupakan suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki
laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/kesempatan, partisipasi, kontrol
dan manfaat pembangunan. Keadilan gender adalah keadilan dalam memperlakukan
perempuan dan laki –laki sesuai kebutuhan mereka. Hal ini mencakup perlakuan
yang setara atau perlakuan yang berbeda tetapi diperhitungkan ekuivalen dalam
hal hak, kewajiban, kepentingan dan kesempatan. Keseteraan gender pada
hakekatnya berarti mengakui bahwa semua manusia ( baik laki-laki maupun
perempuan ) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat
pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh peran gender yang kaku. Hal ini bukan
berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung
jawab, dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan
sebagai laki-laki atau perempuan ( Unesco, 2002 ).
Lembaga sekolah merupakan suatu
wadah pendidikan formal yang dikondisikan bagi anak didik yang bertujuan tidak
hanya untuk pencapaian ilmu, namun wadah formal ini diharapkan juga mampu
menyiapkan anak didik dengan moral, etika yang diperlukan guna memasuki tahapan
kehidupan selanjutnya secara berharkat dan bermartabat. Lembaga pendidikan PAUD
seperti Taman Kanak-Kanak (TK) dianggap merupakan jenjang pendidikan yang sangat
‘strategis’ dan ‘penentu utama’ bagi kerangka pembentukan basis kerangka
berpikir domain kemanusiaan peserta didik, dalam membentuk sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan dasar.
Sekolah berperan penting dalam
merubah pola pikir peserta didik termasuk perilaku-perilaku yang dianggap bias
gender, oleh karena itu perlu mewujudkan pendidikan yang berwawasan gender. Dalam
pembangunan pendidikan memegang peran dan fungsi yang sangat strategis untuk
memasukkan pembelajaran yang berwawasan gender. Pembelajaran anak terkait dengan
kesetaraan gender harus diberikan sejak dini. Kalau tidak, mereka kemungkinan
akan melakukan diskriminasi. Orang tua
dan guru bisa berkontribusi dalam hal ini utama dalam mengajarkan, membimbing,
dan memberikan pengetahuan soal gender pada anak. Namun, tak kalah penting
adalah peran seorang guru yang sangat strategis untuk menanamkan sikap
kesetaraan gender agar ketika mereka beranjak dewasa bisa responsif terhadap
diskriminasi gender. Sekali saja guru di sekolah menyentuh persoalan gender,
anak-anak akan terus mengingatnya, hingga usia dewasa.
Permasalahan-permasalahan di atas juga
terjadi pada pendidikan anak usia dini. Contoh nyata adalah pemberian mainan
untuk anak laki-laki dan perempuan yang dikotak-kotakan anak laki-laki
diberikan mainan mobil-mobilan, pistol-pistolan, sementara anak perempuan diberikan
mainan boneka-bonekaan, pasar-pasaran, dan sejenisnya. Anak tidak diberikan
kebebasan untuk memilih mainan apa yang disukainya. Pengkotakan ini tentu
mengkonstruk jati diri anak, sikap anak yang cenderung terpolakan menurut
sterotype berdasarkan konstruk gender yang bias tersebut.
Pengembangan pembelajaran responsif
gender pada pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk
memutuskan mata rantai budaya yang bias gender sejak dini. Menurut Wibowo
(2010:193) Pembelajaran responsif gender adalah
proses pembelajaran yang memberikan perhatian seimbang bagi kebutuhan khusus laki-laki maupun perempuan.
Pembelajaran responsif gender mengharuskan pendidik
untuk memperhatikan berbagai pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan
dan keadilan gender melalui : proses perencanaan
pembelajaran; interaksi belajar mengajar; pengelolaan
kelas dan; evaluasi hasil belajar. Didalam pembelajaran harus dilakukan
responsif gender karena pembelajaran
merupakan proses internalisasi nilai tentang baik dan buruk, apa yang boleh dan
tidak boleh, apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak
dilakukan. Karena itu harus dilakukan dengan memperhatikan: keadilan akses,
partisipasi, kontrol, manfaat, menyadari
perbedaan, dan meninggalkan mitos.
Manajemen sekolah
memainan peran yang sangat penting dalam mewujudkan sekolah yang berwawasan
gender. Sistem menejemen sekolah menjadi kunci penentu dalam pelaksanaan
pendidikan gender, dengan memberika kesetaraan dan keailan terutama dalam
menyusun rancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya. Hal
ini dapat dilihat dari aktivitas-ativitas pembelajaran dikelas, guru masih
kurang memfasilitasi atau memberikan layanan yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan, misalnya: laki-laki selalu menjadikan pemimpin pada setian kegiatan
pembelajaran, fasilitas bermain yang kecenderungan berpihak pada anak laki-laki
(missal: mobil-mobilan, balok, tangga majemuk, dll). Memasukkan perspektif
gender didalam kegiatan pembelajaran merupakan terobosan yang sangat baik dalam
merancang desain pembelajaran yang responsif pada gender.
Indikator-indikator pembelajaran
responsif gender antara lain: perempuan dan laki-laki memperoleh akses
partisipasi aktif yang sama, memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam
proses belajar mengajar, memperoleh pelayanan yang sama, dan memperoleh
pembelajaran/bahan ajar yang sama.memperoleh pelayanan yang sama, dan
memperoleh pembelajaran/bahan ajar yang sama.
Taman Kanak-kanak merupakan salah
satu wadah pendidikan bagi anak usia dini yang memberikan pelayanan pendidikan
anak usia 4-6 tahun berupaya mencoba merancang kegiatan belajar dengan
pendekatan pembelajaran responsif gender, untuk memberikan pendidikan yang
berwawasan gender sejak usia dini. Kegiatan pembelajaran ini, akan dipadukan
dengan enam aspek pengembangan di Taman Kanak-kanak sesuai Permendibud Nomor
137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Penerapan
pembelajaran berprinsip pada “bermain
sambil belajar dan belajar seraya bermain”, dengan menggunakan media ICT
sebagai sarana belajar untuk lebih menguatkan pengetahuan pada anak.
A. MODEL PEMBELAJARAN
Pendekatan
pembelajan responsif gender menggunakan model pembelajaran berdasarkan minat
anak. Dalam pelaksanaan model
pembelajaran berdasarkan minat anak diberikan kesempatan untuk memilih/melakukan
kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka. Berikut langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan model pembelajaran berdasarkan minat:
1. Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilaksanakan
adalah melatih pembiasaan, misalnya: memberi salam dan berdo’a sebelum
melakukan kegiatan. Untuk membangkitkan semangat belajar, anak diajak bernyayi
bersama. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman sehari-hari 3-4 anak, teman
yang lainnya bertanya dari cerita anak tersebut.
Dalam kegiatan awal membahas
tema/sub tema yang sudah direncanakan oleh guru, yang kemudian melakukan
kegiatan fisik/motorik kasar yang dilakukan didalam atau diluar kelas.
2. Kegiatan Inti
Sebelum melakukan kegiatan
inti, guru bersama anak-anak membicarakan tugas-tugas di area yang telah
direncanakan. Setelah itu anak-anak akan memilih area berdasarkan minatnya.
Guru menjelaskan tugas dimasing-masing area yang telah direncanakan. Area yang
dibuka sesuai dengan indikator yang dikembangkan dan sarana pembelajaran.
Anak dapat berpindah area
berdasarkan minatnya apabila anak sudah menyelesaikan tugasnya diarea tersebut,
sehingga anak akan menyelesaikan tugas disemua area yang telah dibuka. Guru
memotivasi anak agar anak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Selain
memotivasi, guru juga membimbing anak yang mengalami permasalahan dalam
menyelesaikan tugas di area yang dipilih oleh anak. Guru melakukan penilaian
dengan memakai alat bantu penilaian yang telah disiapkan sesuai dengan
indikator yang telah direncanakan.
3. Istirahat
Dalam kegiatan istirahat,
anak-anak melakukan kegiatan bermain bebas diluar dengan pengawasan dari guru.
Setelah bermain bebas diluar, anak masuk kembali untuk makan bersama. Sebelum
makan anak cuci tangan dan berdo’a sebelum makan, setelah selesai makan anak
do’a selesai makan dan merapikan alat makan yang telah digunakan serta
mengembalikan pada tempatnya semula.
4. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir
dilaksanakan secara klasikal, misalnya bercerita dan menyanyi. Kemudian guru
melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan tadi. Diakhir pembelajaran
guru memberikan pesan-pesan moral dan membicarakan rencana kegiatan besok.
Kegiatan belajar ditutup dengan do’a selesai belajar dan memberi salam.
B. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
merupakan sarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga anak akan
lebih memahami materi/pelajaran yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran
responsif gender mengguakan media ICT, karena media ini sangat menarik bagi
anak. Di dalam media ICT ini, menggunakan sofwer power point yang menampilkan point-point dari tema
yang diangkat. Dalam tampilannya menggunakan sistem hiperlink, sebagai
penguatan juga menampilkan film yang berkaitan dengan tema. Adapun tampilan
dalam power point diantaranya:
1. Menjelaskan macam-macam kendaraan di
darat, air dan udara
2. Orang yang mengendarai kendaraan. Dalam
tampilan ini anak-anak dijelaskan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
yang dapat mengendarai semua kendaraan tanpa membedakan gender.
3. Tempat berhentinya kendaraan didarat, air
dan udara. Pada tampilan ini anak-anak juga dijelaskan orang yang membagun
tempat pemberhentian kendaraan baik laki-laki dan perempuan dapat membangun
tempat pemberhentian kendaraan (arsitek/kontraktor).
4. Tayangan video akan memberikan penguatan
pada anak tentang tema yang disampaikan.
5. Permainan atau kuis sebagai evaluasi
keberhasilan materi/tema yang
disampaikan.
Sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
responsif gender berupa balok, kardus bekas, miniatur bangunan terminal , dan
sumber belajar yang lainnya (pewarna, kertas, lem, dll) untuk menunjang
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar ini akan digunakan untuk kegiatan membuat
macam-macam kendaraan yang akan dipakai untuk bermain peran. Sumber belajar
yang digunakan disesuaikan dengan rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan
sesuai tema.
C. TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN
Didalam pelaksanaan
pembelajaran responsif gender memilih tema kendaraan dengan sasaran anak usia
5-6 tahun. Adapun tingkat pencapaian perkembangan yang ingin dicapai termasuk
dalam 6 lingkup perkembangan yang ada di TK, diantaranya yaitu:
1. Lingkup Pengembangan Nilai-nilai agama dan
moral
Ø Mengenal agama yang dianut
2. Lingkup Pengembangan Sosial emosional dan
kemandirian
Ø Bermain dengan teman sebaya
Ø Bersikap kooperatif dengan teman
Ø Menunjukkan sikap toleransi
3. Lingkup Pengembangan Bahasa
Ø Menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks
Ø Memahami aturan dalam suatu permainan
4. Lingkup Pengembangan Kognitif
Ø Mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran
Ø Mengklasifikasikan sesuai dengan kelompok yang sejenis
Ø Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah
5. Lingkup Pengembangan Fisik
Ø Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih
kelenturan,keseimbangan dan kelincahan
Ø Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
6. Lingkup Pengembangan Seni
Ø Membuat karya seni seperti bentuk
sesungguhnya dengan berbagai bahan
D. INDIKATOR PEMBELAJARAN
Pembelajaran responsif gender
dengan menggunakan media ICT dapat mencapai indikator-indikator sesuai dengan
tingkat pencapaian perkembangan yang ada dalam 6 lingkup pengembangan di TK,
diantaranya yaitu:
1. Lingkup Pengembangan Nilai-nilai agama dan
moral
Ø Berdo’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
2. Lingkup Pengembangan Sosial emosional dan
kemandirian
Ø Bermain bersama dengan teman
Ø Bekerjasama dalam sebuah permainan
Ø Menghargai orang lain
3. Lingkup Pengembangan Bahasa
Ø Menjawab
pertanyaan sederhana
Ø Mengikuti aturan permainan
4. Lingkup Pengembangan Kognitif
Ø Membedakan benda berdasrkan ukuran
Ø Mengelompokkan benda sejenis
Ø Bersikap kreatif dalam menyelasikan masalah
5. Lingkup Pengembangan Fisik
Ø Melakukan gerak pantomim
Ø Membuat mainan dari bahan bekas
6. Lingkup Pengembangan Seni
Ø Membuat berbagai bentuk bangunan dari
balok
Dalam pelaksanaan pembelajaran
indikator diatas ada yang menjadi indikator utama ada yang menjadi dampak dari
indikator utama dari media pembelajaran yang dibuat.
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar anak-anak memahami materi yang telah di ajarkan oleh
guru. Selain digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menyampaikan materi,
evaluasi juga digunakan untuk memperbaiki kekurang dalam pelaksanaan
pembelajaran dan mengukur keberhasilan pembelajaran
Adapun evaluasi yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran adalah:
1.
Observasi
Mengamati secara langsung dari awal sampai
dengan akhir kegiatan pembelajaran (menilai sikap sosial dan nilai agama)
2.
Hasil Karya
Menilai hasil kerja anak yang telah
diberikan oleh guru
3.
Unjuk Kerja
Penilaian dilakukan ketika anak untuk
memperagakan sebuah kegiatan
4.
Percakapan
Memberikan penilaian pada anak saat
memberikan gagasan pada saat tanya jawab
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran
responsif gender menggunakan media ICT menggunakan model pembelajaran
berdasarkan minat anak dengan empat kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan
inti, istirahat dan kegiatan akhir. Berikut langkah-langkah pelaksanaannya:
1.
Kegiatan Awal
Dalam
kegiatan awal anak-anak sebelum masuk kelas berbaris didepan kelas, yang
kemudian menyanyi untuk membangkitkan semangat belajar sebelum masuk kelas.
Setelah itu anak masuk didalam kelas dengan rapi duduk dalam satu tempat untuk
melaksanakan pembelajaran klasikal bersama guru.
Sebelum
melaksanakan kegiatan belajar anak-anak berdo’a dan memberikan salam. Kemudian
anak menyanyi bersama-sama dengan guru.sebagai apersepsi pada kegiatan awal.
Setelah menyanyi bersama,anak-anak berbagi cerita pengalaman 2-3 anak (baik
laki-laki/perempuan) secara bergantian maju kedepan, anak yang lainnya bertanya
kepada anak yang bercerita kedepan.
Setelah
berbagi cerita pengalaman, guru melakukan menanyakan pada anak-anak tentang macam-macam
kendaraan yang diketahui oleh anak. Guru menggali kemampuan anak untuk
menyebutkan macam-macam kendaraan. Kemudian anak-anak diajak guru melakukan
kegiatan motorik kasar gerakan pantomim menirukan oarang mengendarai kendaraan,
kegiatan ini dilakukan didalam kelas.
2.
Kegiatan Inti
Pada
kegiatan inti anak dan guru membahas tentang tema kendaraan dengan pendekatan
saintifik, adapun langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut:
a.
Mengamati
Guru menayangkan
power point yang telah dibuat pada layar LCD. Anak-anak mengamati ditayangkan
tentang macam-macam kendaraan. Sambil mengamati, guru menjelaskan slide-slide
yang ditayangkan untuk membuka wawasan anak tentang tema kendaraan. Didalam
penjelasan tersebut, guru juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan tentang
gender misalnya: guru menjelaskan bahwa orang laki-laki dan perempuan dapat
mengendarai semua kendaraan, sambil menjelaskan dan menayangkan gambarnya.
Dalam kegiatan ini slide yang ditayangkan tenntang macam-macam kendaraan,
tempat pemberhentian kendaraan, dan orang yang mengendarai kendaraan.
b.
Menanyakan
Pada kegiatan ini guru
dan anak melakukan tanya jawab tentang gambar yang telah ditayangkan (tanya
jawab bisa berupa pengalaman anak-anak yang pernah dialaminya, misalnya: dalam
slide tayangan macam-macam kendaraan darat hanya menampilkan mobil, bis, dan
sepeda, kemudian anak menanyakan kendaraan lainyang pernah dilihatnya, demikian
juga dengan materi yang lainnya ). Dalam hal ini guru menjelaskan dengan
sejelas-jelasnya, dan apabila ada yang berkaitan dengan gender, guru
menjelaskan pula tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kegiatan ini tidak
hanya anak yang tanya ppada guru, tetapi sebaliknya, guru juga bertanya kepada
anak untuk menambah pengetahuan anak.
c.
Mengumpulkan informasi
Guru memberikan
tugas pada anak secara berkelompok, dalam satu kelas akan dibagi menjadi 3
kelompok. Adapun tugas yang diberikan adalah membuat berbagai macam kendaraan
didarat, diair dan diudara dengan bahan dasar kardus bekas. Tiap kelompok akan
membuat bermacam-macam jenis kendaraan, misalnya: mobil, perahu, pesawat dan
lain-lain. Dalam menentukan anggota kelompok guru tidak membedakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan, dan tiap kelompok diminta memilih ketua kelompoknya
masing-masing (ketua kelompok bisa laki-laki atau perempuan).
Setelah membuat
macam-macam kendaraan ketiga kelompok tersebut diminta untuk membagun tempat
pemberhentian kendaraan, tiap kelompok membuat satu tempat pemberhentian
kendaraan. Bahan yang digunakan untuk membuat tempat pemberhentian kendaraan
dari balok bangunan dan miniatur tempat pemberhentian kendaraan (miniatur hanya
berupa simbol bangunan terminal, pelabuhan, dan bandara), miniatur yang
digunakan sesuai dengan tugas yang diminta oleh guru. Dalam membuat ini semua
anak terlibat, baik laki-laki maupun perempuan, memang yang lazimnya anak
laki-laki yang mengerjakan, sekarang semua anak dapat melakukannya.
Setelah membuat
bangunan tempat pemberhentian kendaraan sudah selesai, anak diajak bermain
peran, memainkan kendaraan yang telah dibuat pada bangunan tempat pemberhetian
kendaraan yang telah dibuatnya. Dalam kegiatan ini anak dikelompokkan kembali
sesuai dengan jenis kendaraan yang akan bermain pada tempat pemberhentian
kendaraan yang sesuai dengan kendaraan yang dibuatnya.
d.
Mengasosiasikan
Anak laki-laki dan
perempuan mengerjakan bersama-sama tugas
yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan anak.
Tugas dikerjakan secara berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Anak-anak beresplorasi dan berimajinasi untuk membuat kendaraan dari kardus
bekas. Kreatifitas anak akan muncul dalam kegiatan ini, baik anak laki-laki
maupun perempuan dalam posisi yang sama untuk berkreasi.
e.
Mengkomunikasikan
Anak-anak duduk
bersama dalam satu tempat antar anak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan
(tempat duduk sesuai keinginan anak-anak tetap dalam posisi yang rapi sesuai
perintah guru), kemudian menyampaikan hasil kerjanya. Tiap anak laki-laki dan
perempuan menceritakan hasil karyanya (kendaraan yang dibuat) masing-masing dan
pengalaman saat kegiatan bermain peran. Dalam kegiatan ini akan diwakili 2-4
anak untuk maju kedepan dengan mewakilkan setiap anak laki-laki dan perempuan.
Sebelum melakukan kegiatan istirahat, anak
laki-laki dan perempuan merapikan kembali peralatan yang telah digunakan
bermain/belajar.
3.
Istirahat
Setelah
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru dan mempresentasikan
hasilnya, anak-anak diajak bermain bebas diluar. Tempat main ditentukan oleh
guru, agar mudah diawasi oleh guru. Dalam bermain anak laki-laki dan perempuan
akan bermain bersama. Setelah selesai bermain, anak-anak masuk kelas untuk
makan bekalnya. Sebelum makan anak-anak cuci tangan dan membaca do’a sebelum
makan. Anak-anak mengambil bekalnya masing-masing didalam tas yang tersimpan
rapi dirak tas. Selesai makan, anak-anak merapikan tempat makanannya yang
kemudian mengembalikan tas pada tempatnya kemudian duduk kembali dalam kelas
dan bersama-sama membaca do’a selesai makan.
4.
Kegiatan Akhir
Pada
kegiatan akhir anak-anak diajak guru untuk melihat video tentang mengenal
kendaraan untuk menguatkan materi/pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.
Setelah melihat video, anak-anak diajak bermain kuis tentang kendaraan, misal:
ada dua gambar kendaraan, mana yang termasuk kendaraan darat, apabila anak
menjawab benar maka akan keluar gambar anak senyum, apabila salah akan keluar
gambar anak menangis. Dalam kegiatan kuis ini menggunakan media ICT yang
ditayangkan lewat LCD. Sebelum pulang anak-anak mendengar pesan-pesan dari
guru, yang kemudian ditutup dengan do’a selesai belajar dan mengucap salam,
terakhir anak diajak bernyanyi bersama.
Didalam
pelaksanaan pembelajaran ini tetap mengedepankan kesetaraan dan keadilan
gender, misalnya yang memimpin berdo’a, membagikan sabun cuci tangan dan yang
membawa bendera kelas pada saat anak-anak pulang.
Media
yang digunakan adalah media ICT dengan sumber belajar/alat yang digunakan balok
bangunan berbagai bentuk, kardus bekas, kertas warna, lem, dan miniatur gedung
bandara,terminal, serta pelabuhan.
Kesimpulan
Pembelajaran responsif gender
dapat dirancang untuk memberikan pendidikan berwawasan gender dengan memberikan
keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Pelaksanaan
pembelajaran melalui kegiatan bermain dan permainan, dengan memberikan kebebasan
anak untuk melakukannya tanpa membedakan jenis kelamin dapat memberikan wawasan
gender pada anak bahwa sebenarnya laki-laki dan perempuan itu sama
Media ICT digunakan untuk
pelaksanaan pembelajaran responsif gender, membantu untuk menjelaskan pada
anak-anak, disamping media sangat tersebut menarik. Penerapan pembelajaran berwawasan
gender yang dilakukan di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, membawa dampak
positif bagi anak, diantaranya: anak menjadi memahami peran laki-laki dan
perempuan, kesetaraan dan keadilan laki-laki/perempuan, dan memiliki sikap saling
bekerjasama antar anak laki-laki dan perempuan.
Saran
Penerapan pembelajaran
responsif gender pada anak usia dini dapat dikembangkan pada kegiatan-kegiatan
permainan, sesuai dengan prinsip pembelajaran “bermain sambil belajar, belajar seraya bermain”. Hal ini akan
menjadi menarik bagi anak dengan dipadukan enam aspek pengembangan pada Taman
Kanak-Kanak. Media pembelajaran disesuaikan dengan rancangan pembelajaran yang
telah direncanakan dengan membuat media yang menarik bagi anak.
Daftar Pustaka
Beauvoir,
Simone De Beavoir. 2003. The Secound Sex
Kehidupan perempuan,diterjemahkan oleh Toni B. Febrianto, dkk. Pustaka
Prometea
Dewi Siti
Malaiha,. 2013. Pengembangan Model
Pembelajaran Responsif gender Di PAUD Ainina Mejobo Kudus. Thufula
Permendikbud
Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Wibowo,
Dwi Edi. 2010.Sekolah Berwawasan Gender.
Muwazah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar