Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd
Anak
usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang
cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk dalam Sujiono, 2009:6).
Menurut para ahli psikolog, anak usia dini (0-8 tahun) sangat menentukan bagi
anak dalam mengembangkan potensinya. Usia ini sering disebut dengan “golden age” atau masa keemasan yang
hanya datang sekali dan tidak dapat diulang lagi, yang sangat menentukan untuk
pengembangan kualitas selanjutnya.
Menurut
para ahli psikology, anak usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, karena
masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasi kedalam
pribadinya. Masa ini juga merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin dan kemandirian,
seni, moral, dan nilai-nilai agama (kemendiknas, 2010…). Oleh karena itu
dibutuhkan suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan
perkembangan tercapai secara optimal. Menurut Piaget (dalam Kemdiknas, 2010:2)
anak pada masa ini berada pada tahapan masa pra operasional kongkrit yang
diperlihatkan kemampuan mengorganisasi dan mengkoordinasikan gerak dan fisik,
serta mampu menyimpulkan eksistensi sebuah benda diluar pandangan, pendengaran
atau jangkauannya, dan telah mempunyai berfikir intuitif secara alamiah.
Perkembangan anak sangat berbeda-beda, baik
intelegensinya, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian,
jasmani dan sosialnya. Namun penelitian tentang otak menunjukkan bahwa jika
anak dirangsang sejak dini akan ditemukan potensi-potensi yang unggul dalam
dirinya (Kemdiknas, 2010:17).
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi
seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses perawatan,
pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan
dimana anak dapat mengeksploreasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari
lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan eksperimen yang berlangsung
secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh
karena anak sangat senang dengan lingkungan yang dapat digunakan untuk belajar,
maka pendidik haruslah menciptakan lingkungan yang memberikan kesempatan anak
untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana lingkungan
belajar anak (Kemendiknas, 2010)
Hasil pengamatan penulis pembelajaran di Taman
Kanak-kanak (TK) pada saat ini, dalam penerapannya masih jauh dari prinsip
pembelajaran yang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif Efektif dan Menyenangkan),
namaum pembelajaran di TK hanya memberikan tugas, lembar kerja kepada anak,
sehingga dapat membatasi ruang kretaifitas anak dalam belajar, sehingga anak
menjadi jenuh dan bosan.
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) hendaknya mampu
menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik, yang membangkitkan rasa ingin tahu
pada anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, kreatif, dalam suasana yang
menyenangkan. Melalui pembelajaran PAKEM, anak akan dapat mengembangkan potensi
kemampuan nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik (motorik halus
dan motorik kasar), kognitif, bahasa dan kepribadiannya sesuai dengan
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2013 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Perkembangan teknologi dapat dijadikan sebagai media
untuk belajar bagi anak. Guru sebagai perencana pembelajaran hendaknya dapat
membuat media pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi informasi ,
terlebih lagi anak pada saat ini sudah mengenal banyak media teknologi
informasi yang biasa digunakan oleh
orang tuanya.
Penggunaan teknologi informasi sebagai media belajar
untuk anak yang dikemas dengan pendekatan saintifik, akan menumbuhkan atau
meningkatkan kompetensi kognitif anak. Pembelajaran tematik dengan mengambil
tema yang dekat dengan anak dan mudah dilakukan akan lebih menarik bagi anak.
Tanaman dan binatang yang sering dilihat oleh anak, bahkan anak juga ada yang
memilikinya dapat dijadikan sebagai tema dalam pembelajaran di TK. Dari
lingkungan inilah anak akan belajar banyak hal dari alam yang diciptakan oleh
Allah SWT. Menurut Triyono (2005:20) lingkungan mengajarkan banyak pengetahuan
untuk anak, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dilingkungan sekolah dan
diluar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar
untuk semua peserta didik.
Dalam Depdiknas (2006:1) guru harus pandai memotivasi
peserta didik untuk terbuka, kreatif, responsif, interaktif dalam pembelajaran.
Oleh karena itu guru TK dituntut mampu merancang, mengembangkan dan
melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan dan
kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi di masa sekarang ini, maka penulis
akan mengkaji bagaimana media pembelajaran ICT untuk anak usia dini dapat
meningkatkan kompetensi kognitif anak, dan membantu guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran yang menarik dengan menggunakan media ICT. Diharapkan media
ini dapat dijadikan sebagai terobosan bagi guru untuk mengatasi permasalahan
didalam menyampaikan pembelajaran didalam kelas yang selama ini hanya
menggunakan media tradisional (papan tulis, poster, LKS dan lain-lain).
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Setiap usia perkembangan manusia memiliki karateristik
tertentu, terlebih lagi anak usia dini (usia 4-6 tahun) adapun karakteristik
anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut: 1) senang menjajaki lingkungan, 2)
mengamati dan memegang sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif, 3)
rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan tak henti-henti, 4)
bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan perasaannya, 5) suka berpetualang,
selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, 6) suka melakukan
eksperimen, membongkar, dan mencoba segala hal, 7) jarang merasa bosan, ada-ada
saja hal yang ingin dilakukan, 8) mempunyai daya imajinasi yang tinggi.
(Suyanto dalam Yulianti, 2010:13-14)
Dengan karakteristik anak usia dini tersebut dapat
dijadikan pedoman oleh guru untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristiknya, sehingga pembelajaran yang telah direncanakan dapat
tercapai sesuai dengan tujuannya. Dalam perencanaan pembelajaran apabila tidak
melihat karakteristik anak, maka kegiatan yang telah direncanakan bisa jadi
tidak terlaksana dengan baik. Kemampuan anak
tidak semua berkembang sesuai dengan usianya. Banyak faktor yang
mempengaruhi, diantaranya faktor lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh
terhadap pemkembangan anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai secara
optimal, sehingga anak akan tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangannya. Fungsi pendidikan anak usia dini
dalam hal ini Taman Kanak-kanak dan raudatul Athfal adalah a) mengenalkan
peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, b) mengenalkan anak dengan dunia
sekitar, c) menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik, d) mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, e) mengembangkan ketrampilan,
kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak, f) menyiapkan anak untuk
memasuki pendidikan dasar (Depdiknas, 2004:2)
Selain dari beberapa fungsi tersebut diatas, terdapat
fungsi yang lain, yaitu: a) sebagai upaya pemberian stimulasi pengembangan
potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan
dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi indrrawi anak, b) memberikan
stimulasi pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi arah yang benar dan
sejalan dengan tuntunan agama, c) stimulasi pengembangan fungsi akal dengan
mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran
agama dengan upaya mendorong kemampuan kognitif anak (Sujiono (2009:46)
Pendidikan anak usia dini juga mempunyai tujuan, yaitu
membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar
(Depdiknas, 2004:2).
Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tinjauan
didaktis pesikologis adalah untuk mengembangkan potensi kecerdasannya yang
dibawa sejak lahir. Kecerdasan itu akan dapat berkembang apabila diberikan
stimulasi-stimulasi untuk merangsang dapat berkembang secara optimal dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
A.
Hakekat Belajar Anak Usia Dini
Pembelajaran
pada Anak Usia Dini berpedoman pada prinsip belajar bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain. Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak usia dini,
sehingga kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan berbagai macam permainan
dalam suasana yang menyenangkan dan merangsang anak untuk terlibat secara aktif
didalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Sujiono (2009:146) bermain
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang
menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi pada anak. Sedangkan belajar merupakan aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap (Sujiono, 2009:145).
Melalui bermain,
tuntutan akan kebutuhan aspek perkembangan anak usia dini, baik aspek motorik, kognitif,
kreatifitas, bahasa, emosi, interaksi sosial, nilai-nilai, dan sikap hidup
dapat terpenuhi. Ketika bermain, anak akan berimajinasi dan mengeluarkan
ide-ide yang tersimpan pada dirinya yang akan dituangkan dalam kegiatan bermain
tersebut. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia
sekitarnya. Melalui kegiatan bermain, anak mempunyai kesempatan lebih banyak
untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar
suatu pengetahuan dapat dipahami anak dengan lebih mudah melalui kegiatan
bermaian baik bermain secara kelompok maupun bermain mandiri.
B.
Jenis Media Pembelajaran ICT
Media yang dibuat berbasis pada teknologi informasi
dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan tematik merupakan desain media
pembelajaran yang terdiri atas gambar animasi dan film pendek untuk menguatkan
dalam penjelasan tema. Dari media ini diharapkan anak akan mendapatkan variasi
media pembelajaran yang sebelumnya hanya berupa media grafis/gambar.
Beberapa contoh
media pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru diantaranya: media
tradisional, diantarannya papan tulis, buku teks, lembar peraga, LKS,
objek-objek nyata. media massa,
diantaranya koran, majalah, radio, televisi, bisokop, dan media pembelajaran baru berbasis ICT, diantaranya komputer, CD,
DVD, video interaktif, Internet, sistem multimedia, konferensi video.
Menurut Sahid (2015:3) media pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi: 1. Media Visual: media yang mampu
menampilkan informasi dalam bentuk yang hanya dapat dilihat atau dibaca,
misalnya gambar, foto, grafik, diagram, bagan, poster, kartun, komik, buku, dan
lain-lain. 2. Media Audial: media yang mampu menyajikan informasi dalam
bentuk yang hanya dapat didengar, misalnya radio, tape recorder, laboratorium
bahasa, player MP3, dan lain-lain. 3. Projected
still media: media yang memerlukan proyektor untuk menampilkan
informasi dalam bentuk gambar/tulisan yang tidak bergerak, misalnya
transparansi slide, slide Power Point, micro film. 4. Projected motion media: media
yang memerlukan proyektor untuk menampilkan informasi dalam bentuk
gambar/tulisan yang dapat bergerak, misalnya film, televisi, video (VCD, DVD,
VTR), komputer dan sejenisnya.
Di dalam dunia
pendidikan sekarang ini upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya
kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan ICT. Menurut Sahid dalam Krisnadi
(2015:6) Selain fungsinya sebagai alat bantu pemecahan masalah manusia, ICT
juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang dipercaya
dapat: 1) meningkatkan kualitas pembelajaran, 2) memperluas akses terhadap
pendidikan dan pembelajaran, 3) mengurangi biaya pendidikan, 4) menjawab
keharusan berpartisipasi dalam ICT, dan 5) mengembangkan keterampilan ICT (ICT
skills) yang diperlukan siswa ketika bekerja dan dalam kehidupannya nanti. Strategi
pemanfaatan ICT di dalam pembelajaran mencakup: 1) ICT sebagai alat bantu atau
media pembelajaran, 2) ICT sebagai sarana/tempat belajar, 3) ICT sebagai sumber
belajar, dan (4) ICT sebagai sarana peningkatan profesionalisme.
C.
Desain Pembelajaran ICT
Berkembangnya teknologi informasi yang semakin
pesat,menuntut lembaga pendidikan untuk lebih maju mengikutinya. Banyaknya
macam-macam alat elektronik yang dimiliki masyarakat secara tidak langsung
anak-anak juga ikut memiliki, misalnya: HP, IPAD, Laptop, Tablet, dan
lain-lain. Didalam media elektronik tersebut tentu ada game/permainan dan film/video
yang telah diprogramkan, sehingga anak juga ikut memainkan game dan melihat
film tersebut.
Memperhatikan hal tersebut diatas, guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dituntut untuk bisa membuat desain pembelajaran berbasis teknologi
informasi, terutama dalam membuat media pembelajaran sebagai sarana untuk
pembelajaran. Didalam media pembelajaran tersebut dibuat semenarik mungkin,
dengan memasukkan unsur bermaian dan film anak-anak yang dapat menambah
pengetahuan bagi anak. Selain pengetahuan umum juga pengetahuan agama sebagai
dasar hidupnya.
Desain media pembelajaran yang dibuat adalah berupa
tayangan gambar dan film dalam bentuk power point yang dapat disajikan dalam
LCD. Media pembelajaran dibuat untuk menjelaskan tema tertentu. Didalam media
tersebut selain memuat gambar, juga berupa tayangan film pendek untuk lebih
menambah penguatan dalam penjelasan tema. Disamping hal tersebut juga ada
kegiatan permainan atau kuis didalam salah satu tayangan tersebut untuk
memberikan penguatan dalam kegiatan pembelajaran.
D. Media Pembelajaran ICT Untuk Anak Usia Dini
Didalam
pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini media pembelajaran merupakan
sarana yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena dengan media
tersebut akan membantu pemahaman dalam penyampaian materi/pembelajaran yang
akan diajarkan pada anak. Media berbasis ICT telah lama ada, tetapi masih
banyak guru yang belum menggunakannya. Seiring dengan perkembangan teknologi
menuntut guru untuk memanfaat ICT sebagai sumber belajar. Selain itu digunakan
untuk media pembelajaran, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran juga mendukung
teori socio-constructivism, yakni anak akan memperoleh pengalaman
belajar secara bersama-sama dengan siswa lain dengan media komunikasi berbasis
ICT (Sahid, 2015:6). Perkembangan sekarang ini, pemanfaatan ICT secara terpadu
di dalam pembelajaran yang memadukan berbagai keterampilan dan fungsi ICT di
dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu guru didalam menyampaikan
materi yang akan diajarkan.
Penggunaan ICT
sebagai media pembelajaran didalam kegiatan pembelajaran, dapat berbentuk slide
Power Point, gambar, animasi, video, audio, program CAI (computer aided
instruction), program simulasi, Penggunaan media berbasis ICT memberikan
beberapa keuntungan, antara lain: mempermudah memahami materi yang sulit,
menampilkan materi dengan berbagai bentuk format yang mudah dipahami,
memungkinkan terjadinya interaksi dalam kegiatan pembelajaran dan memudahkan
guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan media harus didasarkan pada
pertimbangan bahwa media tersebut dapat memfasilitasi terjadinya proses belajar
atau meningkatkan pemahaman materi pembelajaran. Dalam penerapannya media pembelajaran berbasis teknologi
informasi dipadukan dengan lingkungan sekitar anak sebagai sumber belajar.
E. Penerapan Media ICT Pada Anak usia Dini
Proses pelaksanaan dalam pembelajaran, media ICT ini
digunakan untuk lebih memperjelas dalam penyampaian materi yang akan diberikan
pada anak dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Dari kegiatan
pembelajaran dengan media berbasis teknologi informasi yang dipadukan dengan
sumber belajar lingkungan sekitar anak sebagai media benda nyata yang dipadukan
dengan media animasi akan menambah pengetahuan dan wawasan anak. Selain itu
kegiatan pembelajaran ini juga sebagai fariasi dalam pelaksanaan pembelajaran
di TK.
Didalam proses pembelajaran menggunakan media ICT pada
anak usia dini melalui beberapa kegiatan antara lain: kegiatan awal, kegiatan
inti, istirahat dan kegiatan akhir. Berikut langkah-langkah pelaksanaannya: 1. Kegiatan Awal, Pada kegiatan awal guru
mengajak ana-anak bercakap-cakap tentang materi/tema yang akan dibahas. 2. Kegiatan Inti, Pada kegiatan inti anak
dan guru membahas tentang tema binatang dengan pendekatan saintifik, adapun
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Mengamati, Anak-anak mengamati film yang ditayangkan di LCD, b) Menanyakan, Guru dan anak melakukan
tanya jawab tentang film yang telah ditayangkan, c) Mengeksplorasi, Guru memberikan tugas pada anak. Sebelum guru
memberikan tugas, guru menjelaskan tugas pada anak-anak sambil menerangkan
aturan mainnya. d) Mengasosiasikan, Anak-anak
dibentuk kelompok untuk mengerjakan bersama-sama tugas yang telah diberikan oleh guru sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuan anak. e) Mengkomunikasikan,
Anak-anak duduk bersama dalam satu tempat, kemudian tiap kelompok menyampaikan
hasil kerjanya masing-masing.
3. Istirahat, Setelah menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh
guru dan mempresentasikan hasilnya, anak-anak diajak bermain bebas diluar. Pada
saat bermain anak-anak diawasi oleh guru. Setelah selesai bermain, anak-anak
masuk kelas untuk makan bekalnya. Sebelum makan anak-anak cuci tangan dan
membaca do’a sebelum makan. Selesai makan, anak-anak merapikan tempat
makanannya yang kemudian membaca do’a selesai makan, 4. Kegiatan Akhir. Pada kegiatan akhir anak-anak bersama guru
melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan sehari tadi. Sebelum
pulang anak-anak diputarkan film. Sebelum
pulang anak-anak mendengar pesan-pesan dari guru, yang kemudian ditutup dengan
do’a selesai belajar dan mengucap salam, terakhir anak diajak bernyanyi
bersama.
E.
Evaluasi Keberhasilan Penerapan Media ICT
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
anak-anak memahami materi yang telah di ajarkan oleh guru. Selain digunakan
untuk mengukur keberhasilan dalam menyampaikan materi, evaluasi juga digunakan
untuk memperbaiki kekurang dalam pelaksanaan pembelajaran dan mengukur
keberhasilan penggunaan media ICT.
Adapun evaluasi yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah: 1) Observasi, Mengamati
secara langsung kegiatan dari awal sampai dengan akhir penerapan media ”Belajar
dari Alam” dengan tema binatang, 2) Hasil
Karya. Menilai hasil kerja anak yang telah diberikan oleh guru, 3) Unjuk Kerja, Penilaian dilakukan ketika
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dan pada saat kerja sama mengerjakan
tugas kelompok, 4) Percakapan. Memberikan
penilaian pada anak saat memberikan gagasan setelah melihat tayangan film/slide
dan pada saat tanya jawab.
Kesimpulan
Media
pembelajaran berbasis teknologi informasi bisa membantu guru dalam kegiatan
pembelajaran. Media ICT dirancang untuk membantu guru dalam menjelaskan tema-tema
tertentu, yang selama ini guru hanya menggunakan media berupa media grafis yang
tidak sesuai dengan perkembangan teknologi. Anak-anak akan lebih tertarik
dengan teknologo informasi, dikarenakan kemajuan teknologi yang lebih canggih,
seperti HP,IPAD, Laptop dan laian-lain. Dari jenis teknologi tersebut anak
sudah bisa menggunakan dan mengoprasikan.
Media
pembelajaran ICT yang digunakan untuk menambah variasi dan inovasi dalam
pembelajaran di TK. Dalam pelaksanaannya, media ini menggunakan pendekatan
saintifik dengan prinsip pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan), sehingga
pembelajaran terintegrasikan dengan 6 aspek perkembangan di TK dapat terlaksana
secara terpadu.
Daftar
Pustaka
Depdiknas. 2004. Kurikulum
2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Jakarta.
Depdiknas
Depdiknas.2006. Pedoman
Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Depdiknas
Depdiknas. 2009. Pengembangan
Model Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Surabaya. Depdiknas
Kemdiknas. 2010. Pedoman
Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas
Kemdiknas. 2010. Tingkat
Pencapaian perkembangan Anak taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009
Tentang Standart Pendidikan Anak Usia Dini
Sujiono, Yuliani Nuraini, Dr. M.Pd. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks
Sahid, (2015). Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis ICT, http://staff.umy.ac.id. (diakses 14-11-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar