Senin, 23 Januari 2017

METODE SOSIO DRAMA DAPAT MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK




Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd



Pada anak usia dini program pengembangan dan memperoleh bahasa perlu diperhatikan dengan baik, karena masa usia dini adalah masa emas bagi perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun psikis. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. Bahasa anak mulai berkembang dimulai dari pengalaman, untuk membantu pengembangan bahasa anak, maka guru perlu merancang  program berbasis pengalaman. Anak diberi kesempatan untuk menyampaikan, mengkomunikasakan perasaan ide-ide kepada orang lain, anak mempelajari bahasa ketika mereka berinnteraksi dengan linkungannya. Ketika tumbuh dalam berbicara dan menyimak maka kebutuhan mereka untuk menulis akan segera munvcul dan mereka mencari cara untuk menggunakan tulisan untuk menyampaikan ide dan gagasannya.
Untuk memindahkan pemahaman dan meningkatkan bahasa anak , kami sebagai pendidik memilih metode ssosiodrama , karena dengan metode tersebut anak bisa mempraktekkan langsung sehingga mudah untuk memahami dengan pengalaman yang mereka terima.
METODE
Metode yang dipakai penulis adalah penelitian kualitatif adalah yaitu penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Setting penelitian : TK Putra Cendekia Kelompok B. Subyek yang terlibat sebagai penelit juga guru kelas dan dibantu rekan guru. Alat-alat dan tekhnik monitoring dalam proses pengumpulan data adalah kurikulum, RPPH, Evaluasi perkembangan anak. Langkah-lankah yang di tempuh dengan menggunakan III siklus.
Kajian Teori
Tujuan   pengembangan kemampaun bahasa anak pada taman kanak- kanak adalah : agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan dapat mmbangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia (Depdiknas, 2004: 3).
Dari pernyataan diatas, maka tujuan utama mengembangkan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-kanak adalah agar anak dapat mengkomunikasikan perasaan ide dan gagasankepada orang lain. Hala ini terjadi karena bahasa merupakan media bagi anak untuk berpikir dan mengembangkan kemapuan sosialdan personalnya (Badan penyelenggara rayon 15 ).
Bahasa anak berkembang dari pengalaman. Untuk membantu perolehan pengembangan bahasa  anak, maka guru merancang program berbasis pengalaman. Anak akan mempelajari bahasa ketika berinteraksi dengan lingkungannya. ( Dr,I Wayan Sutama 2007 )
Cara anak belajar menurut para tokoh aliran kontruktivistik berpandangan bahwa keterampilan bahasa dan berfikir anak terbentuk ketika anak berinteraksi dan merispon lingkungannya, ( seefeld dan Nita B, 1994). Perkembangan bahasa anak mengikuti tahap-tahap berpikir anak melalui taha-tahap sensori motor, praoprasioanl, oprasioanl konkrit, dan porasional formal. Bahkan Vigotsky menekankan bahwa pengalaman berbahasa anak terbentuk ketika anak berinteraksi dengan lingkungannya, ( Dr. Iwayan Sutama, 2007 ). Seefld Nita Berbaur mengunkapkan bahwa Keterampilan dasar berbahasa yang dapat dikembangkan adalah; menyimak, pramembaca, membaca, dan menulis.
Dari uraian diatas maka penulis memilih program berbasis pengalaman dengan menggunakan metode sosiodrama. Drama adalah perasaan manusia yang beraksi didepan mata, itu berarti aksi dari suatu perasaan yang mendasar keseluruhan drama. Yang ditekankan drama adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu melaluai tiruan gerak. Drama adalah cerita tiruan prilaku manusia yang dipentaskan ( Drs. M. Atur Semi, Anatomi satra, 1998 ). Pada siswa TK drama yang ditampilkan adalah drama mini kata karena disesuaikan dengan karakteristik anak TK yang sederhana. Drama mini kata adalah drama yang di improvisasikan dan prubahan mimik ( Drs. Mokhammad Ngafenan, Kamus kesusastraan 1990 ).

Hasil Penelitian
1.    Setelah penulis mengamati bahwa seringkali anak tidak mau menceritakan pengalaman, menceritakan kembali isi cerita karena bebarapa faktor antara lain :
a.     Bahasa yang diucapkan bercampur dengan bahasa Jawa
Sering kita jumpai pada saat anak bercerita banyak diamnya hal ini disebabkan bahasanya bercampur dengan bahas Jawa sehingga untuk mengungkapkan kata-kata dan mengeluarkan ide-ide akan terhambat. Dengan memberikan metode sosiodrama anak senang melakukannya dengan memerankan tokoh yang mereka senangi.
b.     Anak cepat bosan mendengarkan Cerita
Anak mendengarkan guru saat berceita sering bosan, apa lagi anak yang tidak mau diam, salah satu solusinya yaitu menggunakan metode bermain peran. Anak-anak akan lebih terfokus dengan peran yang mereka mainkan, sehingga anak lebih mengerti apa yang ibu guru sampaikan, anak disuruh menceritakan kembali isi cerita setelah bermain peran akan bercerita dengan apa yang sudah dimainkan dalam peran tersebut.
c.      Anak kesulitan dalam pra membaca
Pada ketrampilan pra membaca ini anak menghadapi kesuliatan, Hal ini berkaitan tekhnik yang penulis pakai, yaitu setelah anak bermain peran sosiodrama merangsang anak untuk mmelaksanakan tugas yan penulis berikan dengan menyenangkan seperti; memasangkan gambar dengan tulisana anggota keluarga ( Ayah, Ibu, Kakek, nenek, kakak, adik ) anak t  rmotivasi untuk membaca.
d.     Anak sulit untuk membaca
Membaca disini diartiakan kemampun anak dalam membaca, setelah bermain peran dengan sosiodrama anak akan termotivasi untuk bisa membaca.
2.    Anak Sulit mengucapkan Huruf R
Anak yang tidak bisa mengucapkan huruf R menjadi pemalu, apalagi bercerita dan didenagrkan teman-temannya hal ini akan menghambat perkembangan bahasanya. Solusi yang peneliti pakai, menggunakan metode sosiodrama, pada saat memerankan suatu tokoh kata-kata yaang ada hruf r nya disuru mengulang-ngulang katanya, karena diperankan dengan senang hati anak akan mengulang kata tersebut untuk melatih fisik metoriknya dan anak denagn tiadk sadar melakukannya dan tidak malu lagi.

PEMBAHASAN
Pada siklus I
Setelah menggunakan metode sosiodrama. Hasil Yang didapat anak yang sulit pada Pengembangan ketrampilan bahasa ada penigkatan 75% dari jumlah siswa 20 anak. Anak yang tidak bisa menyebutkan huruf R, setelah menggunakan metode sosiodrama tidak malu lagi dan pengembangan bahasanya ada peningkatan 60%
Pada Siklus II
Setelah menggunakan metode sosiodrama. Hasil Yang didapat anak yang sulit pada Pengembangan ketrampilan bahasa ada penigkatan 90% dari jumlah siswa 20 anak. Anak yang tidak bisa menyebutkan huruf R, setelah menggunakan metode sosiodrama tidak malu lagi dan pengembangan bahasanya ada peningkatan 90%.

KESIMPULAN
1.     Menambah pengetahuan bahasa anak, dengan Bersosiodrama menambah pengalaman dan pengetahuan sehingga dapat mengembangakan kemampuan dasar anak seperti ; moral, emosioanal, bahasa, fisik motorik Kasar dan Halus, seni.
2.     Anak yang tidak bisa mengucapkan hurf r , dengan bersosiodrama anak tidak pemalu lagi, ada peningkatan kemampuan dasar.
SARAN 
Kita sebagai pendidik Taman Kanak-Kanak dapat menghadapi suatu permasalahan dalam proses belajar mengajar, agar KBM bisa tercapai apa yang kita harapkan,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar