Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd
Pada
anak usia dini program pengembangan dan memperoleh bahasa perlu diperhatikan
dengan baik, karena masa usia dini adalah masa emas bagi perkembangan dan
pertumbuhan baik fisik maupun psikis. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk
mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. Bahasa anak mulai berkembang
dimulai dari pengalaman, untuk membantu pengembangan bahasa anak, maka guru
perlu merancang program berbasis
pengalaman. Anak diberi kesempatan untuk menyampaikan, mengkomunikasakan
perasaan ide-ide kepada orang lain, anak mempelajari bahasa ketika mereka
berinnteraksi dengan linkungannya. Ketika tumbuh dalam berbicara dan menyimak
maka kebutuhan mereka untuk menulis akan segera munvcul dan mereka mencari cara
untuk menggunakan tulisan untuk menyampaikan ide dan gagasannya.
Untuk
memindahkan pemahaman dan meningkatkan bahasa anak , kami sebagai pendidik
memilih metode ssosiodrama , karena dengan metode tersebut anak bisa
mempraktekkan langsung sehingga mudah untuk memahami dengan pengalaman yang
mereka terima.
METODE
Metode
yang dipakai penulis adalah penelitian kualitatif adalah yaitu
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Setting
penelitian : TK Putra Cendekia Kelompok B. Subyek yang terlibat sebagai penelit
juga guru kelas dan dibantu rekan guru. Alat-alat dan tekhnik monitoring dalam
proses pengumpulan data adalah kurikulum, RPPH, Evaluasi perkembangan anak.
Langkah-lankah yang di tempuh dengan menggunakan III siklus.
Kajian Teori
Tujuan pengembangan kemampaun bahasa anak pada
taman kanak- kanak adalah : agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui
bahasa sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan dapat
mmbangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia (Depdiknas, 2004: 3).
Dari
pernyataan diatas, maka tujuan utama mengembangkan kemampuan berbahasa di Taman
Kanak-kanak adalah agar anak dapat mengkomunikasikan perasaan ide dan
gagasankepada orang lain. Hala ini terjadi karena bahasa merupakan media bagi
anak untuk berpikir dan mengembangkan kemapuan sosialdan personalnya (Badan
penyelenggara rayon 15 ).
Bahasa
anak berkembang dari pengalaman. Untuk membantu perolehan pengembangan
bahasa anak, maka guru merancang program
berbasis pengalaman. Anak akan mempelajari bahasa ketika berinteraksi dengan
lingkungannya. ( Dr,I Wayan Sutama 2007 )
Cara
anak belajar menurut para tokoh aliran kontruktivistik berpandangan bahwa
keterampilan bahasa dan berfikir anak terbentuk ketika anak berinteraksi dan
merispon lingkungannya, ( seefeld dan Nita B, 1994). Perkembangan bahasa anak
mengikuti tahap-tahap berpikir anak melalui taha-tahap sensori motor,
praoprasioanl, oprasioanl konkrit, dan porasional formal. Bahkan Vigotsky
menekankan bahwa pengalaman berbahasa anak terbentuk ketika anak berinteraksi
dengan lingkungannya, ( Dr. Iwayan Sutama, 2007 ). Seefld Nita Berbaur
mengunkapkan bahwa Keterampilan dasar berbahasa yang dapat dikembangkan adalah;
menyimak, pramembaca, membaca, dan menulis.
Dari
uraian diatas maka penulis memilih program berbasis pengalaman dengan
menggunakan metode sosiodrama. Drama adalah perasaan manusia yang beraksi
didepan mata, itu berarti aksi dari suatu perasaan yang mendasar keseluruhan
drama. Yang ditekankan drama adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu
melaluai tiruan gerak. Drama adalah cerita tiruan prilaku manusia yang
dipentaskan ( Drs. M. Atur Semi, Anatomi satra, 1998 ). Pada siswa TK drama
yang ditampilkan adalah drama mini kata karena disesuaikan dengan karakteristik
anak TK yang sederhana. Drama mini kata adalah drama yang di improvisasikan dan
prubahan mimik ( Drs. Mokhammad Ngafenan, Kamus kesusastraan 1990 ).
Hasil Penelitian
1. Setelah
penulis mengamati bahwa seringkali anak tidak mau menceritakan pengalaman,
menceritakan kembali isi cerita karena bebarapa faktor antara lain :
a. Bahasa
yang diucapkan bercampur dengan bahasa Jawa
Sering
kita jumpai pada saat anak bercerita banyak diamnya hal ini disebabkan
bahasanya bercampur dengan bahas Jawa sehingga untuk mengungkapkan kata-kata
dan mengeluarkan ide-ide akan terhambat. Dengan memberikan metode sosiodrama
anak senang melakukannya dengan memerankan tokoh yang mereka senangi.
b. Anak
cepat bosan mendengarkan Cerita
Anak
mendengarkan guru saat berceita sering bosan, apa lagi anak yang tidak mau
diam, salah satu solusinya yaitu menggunakan metode bermain peran. Anak-anak
akan lebih terfokus dengan peran yang mereka mainkan, sehingga anak lebih
mengerti apa yang ibu guru sampaikan, anak disuruh menceritakan kembali isi
cerita setelah bermain peran akan bercerita dengan apa yang sudah dimainkan
dalam peran tersebut.
c. Anak
kesulitan dalam pra membaca
Pada
ketrampilan pra membaca ini anak menghadapi kesuliatan, Hal ini berkaitan
tekhnik yang penulis pakai, yaitu setelah anak bermain peran sosiodrama
merangsang anak untuk mmelaksanakan tugas yan penulis berikan dengan
menyenangkan seperti; memasangkan gambar dengan tulisana anggota keluarga (
Ayah, Ibu, Kakek, nenek, kakak, adik ) anak t
rmotivasi untuk membaca.
d. Anak
sulit untuk membaca
Membaca
disini diartiakan kemampun anak dalam membaca, setelah bermain peran dengan
sosiodrama anak akan termotivasi untuk bisa membaca.
2. Anak
Sulit mengucapkan Huruf R
Anak yang tidak bisa mengucapkan
huruf R menjadi pemalu, apalagi bercerita dan didenagrkan teman-temannya hal
ini akan menghambat perkembangan bahasanya. Solusi yang peneliti pakai,
menggunakan metode sosiodrama, pada saat memerankan suatu tokoh kata-kata yaang
ada hruf r nya disuru mengulang-ngulang katanya, karena diperankan dengan
senang hati anak akan mengulang kata tersebut untuk melatih fisik metoriknya
dan anak denagn tiadk sadar melakukannya dan tidak malu lagi.
PEMBAHASAN
Pada
siklus I
Setelah menggunakan metode
sosiodrama. Hasil Yang didapat anak yang sulit pada Pengembangan ketrampilan
bahasa ada penigkatan 75% dari jumlah siswa 20 anak. Anak yang tidak bisa
menyebutkan huruf R, setelah menggunakan metode sosiodrama tidak malu lagi dan
pengembangan bahasanya ada peningkatan 60%
Pada
Siklus II
Setelah menggunakan metode
sosiodrama. Hasil Yang didapat anak yang sulit pada Pengembangan ketrampilan
bahasa ada penigkatan 90% dari jumlah siswa 20 anak. Anak yang tidak bisa
menyebutkan huruf R, setelah menggunakan metode sosiodrama tidak malu lagi dan
pengembangan bahasanya ada peningkatan 90%.
KESIMPULAN
1. Menambah
pengetahuan bahasa anak, dengan Bersosiodrama menambah pengalaman dan
pengetahuan sehingga dapat mengembangakan kemampuan dasar anak seperti ; moral,
emosioanal, bahasa, fisik motorik Kasar dan Halus, seni.
2. Anak
yang tidak bisa mengucapkan hurf r , dengan bersosiodrama anak tidak pemalu
lagi, ada peningkatan kemampuan dasar.
SARAN Kita sebagai pendidik Taman Kanak-Kanak dapat menghadapi suatu permasalahan dalam proses belajar mengajar, agar KBM bisa tercapai apa yang kita harapkan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar