Minggu, 25 Desember 2016

MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI MAINAN KARDUS

Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd

Anak usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasi kedalam pribadinya. Menurut Sujiono (2009:7) memberi kesempatan dan menunjukkan permainan serta alat permainan tertentu dapat memicu munculnya masa peka atau menumbuh kembangkan potensi anak yang memasuki masa peka pada aspek perkembangan kreatifitasnya. Anak sebagai pribadi mempunyai keinginan-keinginan untuk membentuk atau menciptakan sesuatu. Anak mempunyai bakat-bakat dan kekuatan-kekuatan tertentu yang akan memuaskan pribadinya. Anak usia TK lebih tepat untuk mengembangkan daya kreasinya melalui sebuah permainan. Imajinasi merupakan unsur pokok dalam mengembangkan daya kreasi anak (Santi, 2009:10).
Kenyataan yang ada di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, menunjukkan bahwa rangsangan bagi tumbuhnya kreativitas keranglah memadai. Kegiatan yang nampak dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, masih belum maksimal untuk meningkatkan kretivitas anak. Anak belum bisa mandiri dan guru masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas, sehingga kesadaran anak untuk percaya diri, eksperimen, fleksibelitas, orisinalitas, dan kreativitas masih lemah.
Memperhatikan hal tersebut diatas dan dalam upaya untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kreativitas anak melalui kegiatan permaianan, maka penulis merasa perlu dibuat sebuah media atau alat permainan edukatif serta rancangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatakan kretaivitas anak. Adapun jenis mainan tersebut adalah mainan mobil kardus. Hal ini dipilih karena dianggap mainan ini dapat merangsang kreatifitas anak,karena dalam kegiatannya, anak dilibatkan langsung untuk membuat alat permainan edukatifnya sendiri. Dari sisi inilah kreativitas anak dapat diukur melalui kemampuan anak didik menciptakan alat permainannya sendiri. Selama ini anak hanya menjadi konsumen alat permainan sedangkan guru sebagi produsen yang membuat alat permainan untuk anak, sehingga penurunan kreativitas anak sangat nampak sekali karena anak idak punya kesempatan untuk berkreasi dan eksplorasi.
Pendidikan  anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksploreasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan eksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Perkembangan anak sangat berbeda-beda, baik intelegensinya, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosinya, kepribadian, jasmani dan sosial, namun jika anak dirangsang sejak dini akan ditemukan potensi-potensi yang unggul dalam dirinya (kemdiknas, 2010:17)
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) hendaknya diterapkan dengan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain anak akan dapat mengembangkan potensi kemampuan nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik (motorik halus dan motorik kasar), kognitif, bahasa, kepribadian dan kreativitasnya. Melalui aktivitas bermain inilah anak akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya.


A.    Pendidikan Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangannnya dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Sujiono, 2009:6).
Para ahli mengatakan bahwa anak usia lahir sampai dengan 6 tahun juga dikatakan sebagai anak usia dini karena pada masa ini anak mulai tumbuh dan berkembang untuk menentukan kehidupan selanjutnya.
Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), itelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosi (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut (Depag, 2003:2).

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang tumbuh dan berkembang yang bersifat unik sesuai dengan potensinya.

Setiap periode perkembangan menunjukkan ciri-ciri atau karakteristik perilaku tertentu, terlebih lagi anak usia dini (usia 4-6 tahun) adapun karakteristik anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut:
1) senang menjajaki lingkungan, 2) mengamati dan memegang sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif, 3) rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan tak henti-henti, 4) bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan perasaannya, 5) suka berpetualang, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, 6) suka melakukan eksperimen, membongkar, dan mencoba segala hal, 7) jarang merasa bosan, ada-ada saja hal yang ingin dilakukan, 8) mempunyai daya imajinasi yang tinggi. (Suyanto dalam Yulianti, 2010:13-14)
Dengan karakteristik anak usia dini tersebut dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya, sehingga pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai sesuai dengan tujuannya. Dalam perencanaan pembelajaran apabila tidak melihat karakteristik anak, maka kegiatan yang telah direncanakan bisa jadi tidak terlaksana dengan baik.
Kemampuan anak  tidak semua berkembang sesuai dengan usianya. Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya faktor lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap pemkembangan anak.

B.       Kreativitas Anak
Kreativitas adalah bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal, murni, asli dan bermakna (Anna Craft, 2004:17). Sementara kreativitas itu sendiri, adalah bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple intelligence sebagaimana dimaksud oleh Howard Gardner ( Anna Craft, 2004:20).
Menurut Martini Jamaris (2003:23), aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas adalah:
1.      Aspek Kemampuan kognitig
2.      Aspek intuisi dan Imajinasi
3.      Aspek Pengindraan
4.      Aspek Kecerdasan Emosional
Sementara menurut Joan Freeman dan Utami Munandar (2001:30), kretivitas dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu:
1.    Kreativitas dari Aspek pribadi
2.    Kreativitas ditinjau dari aspek pendorong
3.    Kreativitas sebagai proses
4.    Kreativitas sebagai produk
Pada anak usia dini, pengembangan kreativitas selalu dilakukan dan menjadisatu dalam kegiatan bermaian, maka dalam bermain selalu bermuatan kreatif baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Oleh karena itu perlu disediakan alat permainan yang memudahkan penemuan minat-inat baru dan menyampaikan gagasan, perasaan, serta ekspresi daya kreasi anak (Freeman dan Munandar, 2011:21).
           
E.       Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
Pembelajaran di TK hendaknya menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajaran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran yang berpusat pada anak, anak diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakanpendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri, guru bertindak sebagai fasilitator dan motifator.
Dunia anak adalah dunia bermaian, bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak. Melalui bermain anak memperoleh informasi belajar dan melatih melalui ketrampilan yang ada. Menurut Nuryanti (2008:67) bermain menyediakan kesempatan anak untuk:
1.      Menguji kemampuan anak
2.      Mengekspresikan emosi
3.      Bereksperimen dengan peran
4.      Belajar aturan dan harapan
5.      Melatih keterampilan untuk tahap selanjutnya
Pembelajaran yang bermakna bagi anak, akan membawa perubahan tingkah laku bagi anak. Tingkah laku yang dimaksud berupa hasil belajar yang mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotor, dengan melibatkan langsung anak dalam kegiatan pembelajan, anak akan menyadari bahwa

F.      Mainan Kardus
Pengembangan kreativitas anak dalam mainan kardus, ada dua hal yang dapat dikembangkan oleh anak didik diantaranya:
1.      Unsur kreativitas membuat bentuk
Dalam hal ini anak akan membuat 2 bentuk mainan, yaitu: 1) anak akan membuat mainan mobil-mobilan dari bahan dasar berupa kardus bekas obat, pasta gigi, sabun dan lain-lain, 2) anak akan membuat bentuk bangunan terminal dari balok yang telah disediakan oleh guru.
2.      Unsur bermain peran
Dari unsur kreativitas anak dalam membuat 2 bentuk bangunan, anak akan melakukan kegiatan bermain peran dengan menggunakan mainan yang telah dibuat oleh anak, yaitu: mobil-mobilan dan bentuk bangunan terminal kendaraan.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini sengaja dipilih berupa kardus bekas, dengan maksud untuk meningkatkan kreativitas anak dengan membuat mainan dari bahan yang ada disekitar anak. Bahan kardus dibawa sendiri dari rumah oleh anak yang kemudian dipilah oleh guru untuk dibuat sebagai mainan mobil-mobilan.
Dalam kegiatan pembuatan mainan mobil kardus ini, sepenuhnya dilakukan oleh anak, guru hanya membantu melapisi kardus dengan kertas warna putih agar bisa digambar/diwarna oleh anak.
           
G.       Pembuatan Mainan Kardus
Pembuatan  mainan kardus ini telah dilaksanakan oleh penulis di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang melalui 2 tahap ,diantaranya:
1.      Pembuatan mainan mobil kardus
Anak-anak membuat mainan mobil kardus dari kardus yang telah dibawa oleh anak sendiri dan telah dilapisi oleh guru dengan kertas warna putih. Anak memulai dengan memasangkan roda-roda mobil yang terbuat dari kertas (roda yang dipasang sesuai dengan kreativitas anak, sesuai dengan ukuran kardus yang mereka dapat). Setelah anak-anak memasang roda pada kardusnya, anak-anak mulai memberikan pewarnaan pada kardus yang telah ditempeli roda tersebut dengan menggunakan cat air, kemudian dijemur biar kering.
2.      Pembuatan bangunan terminal mobil
Pada hari berikutnya kardus yang telah diwarna menggunakan cat air sudah kering, anak akan memasangkan beberapa asesoris pada mobil-mobilan yang dibuat biar nampak  lebih baik. Penempelan asesoris sesuai dengan kreativitas anak. Untuk asesoris guru menyediakan guntingan kertas bentuk geometri.
Beberapa anak yang telah menyelesaikan pembuatan mainan mobil-mobilan dari kardus, bersama-sama membuat bangunan terminal. Dalam kegiatan ini,guru hanya menyediakan miniature berupa bangunan induk terminal,untuk kelengkapan yang lainnya, anak membuatnya sendiri dengan menggunakan balok-balok yang telah disediakan oleh guru. Dari kegiatan ini anak akan memunculkan kreatifitas dalam membuat sebuah bangunan terminal. Bangunan terminal yang dibuat tidak bersifat permanen, karena terbuat dari balok, dalam hal ini anak membuat 2 bangunan terminal.

H.      Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Melalui Mainan Kardus
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan kreatifitas anak melalui mainan kardus, menggunakan metode proyek. Adapun pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan metode proyek, berikut gambaran pelaksanaan kegiatan:
1.      Pembuatan mainan kardus
Pada awalnya guru meminta anak-anak membawa kardus bekas pasta gigi, obat, sabun, dan lain-lain untuk dibawa kesekolah,yang kemudian oleh guru dibungkus menggunakan kertas warna putih. Hasil kardus yang telah dibungkus dengan kertas putih tadi ditunjukkan pada anak-anak, kemudian anak-anak-anak sambil melihat guru menunjukkan kardus yang telah dibungkus tadi, anak membandingkan ukuran besar-kecil dan panjang pendek antara kardus yang satu dengan yang lainnya, dengan dibimbing oleh guru.
Setelah semua kardus ditunjukkan oleh guru, kemudian anak-anak diminta memilahkan kardus yang ukurannya panjang, pendek, besar dan kecil. Setelah dipilah, guru melakukan percakapan dan tanya jawab kepada anak-anak mengenai macaam-macam kendaraan. Setelah anak-anak mengetahui banyak macam-macam kendaraan dan ukurannya, anak-anak diminta guru untuk membuat kendaraan sesuai dengan kreasinya masing-masing. Anak-anak memilih kardus masing-masing, kemudian menempelkan potongan kertas berbentuk lingkaran sebagai rodanya. Apabila anak-anak selesai menempelkan bentuk roda pada kardus, anak-anak melakukan pewarnaan kardus dengan menggunakan cat air yang telah disediakan oleh guru, kemudian hasil kardus yang dicat tadi dijemur biar kering.
Setelah semua anak melakukan pengecatan,guru mengumpulkan ana-anak lagi dan memberikan penjelasan, bahwa besok anak-anak akan diajak untuk memberikan beberapa asesoris pada kardus yang dicat tadi, biar Nampak seperti bentuk mobil,
Selain itu beok guru juga akan mengajak anak-anak untuk membuat bangunan terminal sebagai tempat pemberhentian mobil-mobil yang telah dibuatnya.
Pada hari kedua, guru mengajak anak-anak untuk menempelkan beberapa potongan kertas berbentuk geometri pada kardus yang telah dicat, agar nampak seperti bentuk mobil yang sebenarnya. Setelah selesai menempelkan bentuk-bentuk geometri pada kardus yang telah dicat kemarin, anak-anak diajak untuk membuat bangunan terminal sebagai tempat pemberhentian kendaraan, dalam hal ini anak membuat 2 bangunan terminal.
Dari kegiatan terrsebut diatas, nampak bahwa kreativitas anak dalam membuat mobil dari kardus yang hamper mirip dengan mobilyang sebenarnya, demikian juga dalam membuat banguan terminal yang dibuat nampak kreativitas anak dalam membuat bentuk bangunan terminal lengkap dengan tempat pemberhentian mobil-mobil yang parkir di dalam terminal. Dalam pembuatan terminal ini guru hanya menyediakan miniatur bentuk bangunan terminal.
2.      Memainkan mainan kardus
Pada hari yang kedua, setelah anak-anak menyelesaikan membuat mobil dari kardus dan bangunan terminal, anak-anak diajak untuk bermain dengan menggunakan mobi-mobilan yang telah dibuatnya. Guru sebagai fasilitator dan motivator bertindak sebagai pengatur lalu lintas antara terminal yang satu dengan terminal yang satunya.
Pada awalnya anak-anak merasa bingung dalam melakukan kegiatan memainkan mainan yang telah dibuatnya, tetapi dengan bantuan guru sebagai fasilitator dan motivator, anak-anak mulai melakukan banyak berkomunikasi/berbicara layaknya orang-orang yang sedang mengendarai mobil dan apabila bertemu dengan pengendara yang lainnya saling menyapa. Adapula yang membuat kejadian aneh-aneh dengan bertabrakan antara mobil yang satu dengan yang lainnya, kemudia ada yang berpura-pura mengendarai ambulan untuk menolong  mobil yang mengalami kecelakaan.
Dari kegiatan memainkan mobil-mobilan ini, munculah kreativitas anak-anak dalam membuat cerita/berperan secara spontanitas dalam melakukan permainan peran yang tampak ada skenario. Melalui kegiatan ini anak mulai berlatih berkomunikasi dan berbicara dengan teman yang sebelumnya jarang dilakukan.

I.      Hasil Yang Dicapai Dalam Pembelajaran Mainan Kardus
Dari kegiatan pembelajaran mainan kardus, ada beberapa hasil yang dicapai oleh anak dalam proses kegiatan pembelajaran, diantaranya:

Memunculkan kreativitas anak melalui kegiatan membuat mainan kardus dan memainkan mainan kardus, Anak menjadi mandiri dan percaya diri dalam mengekspresikan imajinasinya pada saat membuat mainan dan memainkan mainan kardus, Anak dapat membuat mainan sendiri dari bahan bekas yang ada disekitar anak dan mudah didapat serta mudah untuk membuatnya, Menanamkan sifat kerjasama, terutama saat memuat bangunan terminal dan saat memainkan mainan kadus, Melatih komunikasi antar sesama teman, Memperkaya kosakata anak  terutama saat memainkan mainan kardus, Menanamkan disiplin dan mentaati aturan/peraturan main saat melakukan kegiatan membuat dan memainkan mainan kardus, Menanamkan cinta lingkungan, karena memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan mainan, Menumbuhkan sikap produktif pada anak, dengan merangsang kreatifitas anak melalui memanfaatkan bahan seadanya untuk membuat mainan sendiri, Memunculkan keberanian anak dalam mengungkapkan pendapat, dan Anak dengan cepat dapat berinteraksi dengan temannya an berimprovisasi saat memainkan mainan kardus.
1. 

J.       Kendala Yang Diadapi Dalam Pembelajaran Mainan Kardus
Kegiatan pembelajaran membuat mainan kardus dan memainkan mainan kardus tersebut diatas, tentunya ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya yaitu:
1.      Dalam pembuatan mainan mobil-mobilan dari kardus membutuhkan waktu yang lama karena melalui proses pengecatan, sehingga memerlukan waktu untuk pengeringan.
2.      Kardus yang dibawa oleh anak sangat berfariatif  bentuk dan ukurannya, sehingga anak lebih cenderung untuk memilih kardus yang berukuran besar
3.      Dalam memainkan mainan kardus berupa mobil-mobilan, tidak ada skenario yang dibuat, sehingga ada anak yang bermain sendiri dengan temannya sesuai dengan imajinasinya sendiri
4.      Mainan yang dibuat hanya sebatas mobil-mobilan
5.      Keterbatasan bahan yang dipakai untukmembuat mainan kardus,sehingga anak hanya dapat berkreasi dengan bahan yang seadanya

K.  Faktor Pendukung Dalam Pembelajaran Mainan Kardus
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran mainan kardus, ada beberapa factor pendukung sehingga tercapainya kegigitan pembelajaranyang menarik sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh guru. Adapun factor pendukung tersebut adalah:
1.      Adanya kerjasama dengan orang tua, terutama saat anak diminta membawa bahan untuk membuat mainan kardus berupa kardus bekas pasta gigi, obat, sabun dan lain-lain
2.      Kerjasama dengan guru pendamping dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran mainan kardus
3.      Sarana tempat belajar yang memadai
4.      Motivasi anak yang tinggi untuk melakukan kegiatan pembelajaran mainan kardus
5.      Kemandirian anak saat belajar mengajar dikelas, yang tidak lagi ada yang rewel
6.      Kesiapan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

L.      Alternatif  Pengembangan Pembelajaran Mainan Kardus
Setelah diterapkannya pembelajaran mainan kardus dan adanya kendala dan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran mainan kardus, maka ada beberapa alternatif pengembangan untuk lebih meningkatkan kreativitas anak, diantaranya:
1.      Dalam pembuatan mainan mobil-mobilan untuk pewarnaan bisa menggunakan crayon,sehingga hasil dari mainan yang telah dibuat dapat digunakan saat itu juga
2.      Untuk lebih meningkatkan kreativitas anak, guru memberikan kebebasan anak membuat berbagai macam kendaraan dengan menggunakan bahan yang dibawa oleh anak dan yang disiapkan oleh guru dengan bermacam-macam bahan dari kardus
3.      Guru sudah menyiapkan skenario/alur cerita, sehingga saat anak melakukan kegiatan memainkan mainan yang telah dibuatnya tidak bermain-main sendiri
4.      Guru merancang kegiatan yang menarik dengan memanfaatkan bahan kardus bekas yang ada dilingkungan sekolah yang dicari anak sendiri, sehingga menanamkan bahwa apa yang ada disekitar anak dapat digunakan untuk mainan
5.      Merancang kegiatan diluar kelas, sehingga anak-anak ada fariatif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

M.      Kesimpulan
Kreativitas anak dapat dirangsang melalui kegiatan bermain dan permainan, dengan memberikan kebebasan anak untuk berkreasi sesuai dengan imajinasinya, seperti dalam kegiatan pembelajaran mainan kardus. Dalam pembelajaran mainan kardus, anak membuat mainan sendiri dan memainkannya  sendiri. Bahan yang dipakai dalam kegiatan tersebut dari bahan bekas yang ada dan mudah didapat disekitar anak.
Penerapan pembelajaran mainan kardus yang dilakukan di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, membawa dampak positif bagi anak, diantaranya: anak menjadi kreatif, mandiri, produktif dan memiliki sikap salaing bekerjasama. Anak mengerti bahwa bahan bekas, dapat digunakan sebagai mainan. Kegiatan pemelajaran ini dapat djadikan sebagai alernatif kegiatan yang inovatif.

N.       Saran
Untuk menumbukan kretivitas anak dapat diterapkan kegiatan pembelajaran mainan kardus yang kegiatannya dipadukan dengan permaian  sehingga anak akan merasa senang. Penulis menyarankan kepada guru yang menggunakan pembelajaran ini, diantaranya:
1.      Guru harus bisa berinovsai dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga anak tidk bosan dalam mengikuti kegiaan pembelajaran
2.      Kreativitas anak dapat ditumbuhkan, apabila guru dapat merangsang melalui kegiatan yang inovatif dan memberikan kebebasan pada anak untuk menuangkan imajinasinya melalui kegiatan pembelajaran yang menarik
3.      Mainan mobil-mobilan, bisa diubah dengan jenis kendaraan yang lain,sehingga kreatifitas anak akan muncul


Daftar Pustaka

Craft, Ana. 2004. Me-Refresh Imajinasi dan Kreativitas Anak-Anak,terj. M. Choirul Annam, Jakarta: Cerdas Pustaka

Depag. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Raudhatul Atfal. Jakarta: Depag

Freeman, Joan-Munandar, Utami. 2001: Cerdas dan Cermelang. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Kemdiknas. 2010. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas

Kemdiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas

Kemdiknas. 2010. Tingkat Pencapaian perkembangan Anak taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas

Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak.Jakarta: Indeks

Santi, Danar.2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Prktik. Jakarta: Indeks

Sujiono, Yuliani Nuraini, Dr. M.Pd. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks

Soetjiningsih, dr. DSAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran ECG






Tidak ada komentar:

Posting Komentar