Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd
Anak usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, karena masa ini
merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasi kedalam pribadinya. Menurut Sujiono (2009:7) memberi
kesempatan dan menunjukkan permainan serta alat permainan tertentu dapat memicu
munculnya masa peka atau menumbuh kembangkan potensi anak yang memasuki masa
peka pada aspek perkembangan kreatifitasnya. Anak sebagai pribadi mempunyai
keinginan-keinginan untuk membentuk atau menciptakan sesuatu. Anak mempunyai
bakat-bakat dan kekuatan-kekuatan tertentu yang akan memuaskan pribadinya. Anak
usia TK lebih tepat untuk mengembangkan daya kreasinya melalui sebuah
permainan. Imajinasi merupakan unsur pokok dalam mengembangkan daya kreasi anak
(Santi, 2009:10).
Kenyataan yang ada di KB-TK
Negeri Pembina 1 Kota Malang, menunjukkan bahwa rangsangan bagi tumbuhnya
kreativitas keranglah memadai. Kegiatan yang nampak dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran, masih belum maksimal untuk meningkatkan kretivitas anak.
Anak belum bisa mandiri dan guru masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
dikelas, sehingga kesadaran anak untuk percaya diri, eksperimen, fleksibelitas,
orisinalitas, dan kreativitas masih lemah.
Memperhatikan hal tersebut
diatas dan dalam upaya untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kreativitas anak
melalui kegiatan permaianan, maka penulis merasa perlu dibuat sebuah media atau
alat permainan edukatif serta rancangan kegiatan pembelajaran untuk
meningkatakan kretaivitas anak. Adapun jenis mainan tersebut adalah mainan mobil
kardus. Hal ini dipilih karena dianggap mainan ini dapat merangsang kreatifitas
anak,karena dalam kegiatannya, anak dilibatkan langsung untuk membuat alat
permainan edukatifnya sendiri. Dari sisi inilah kreativitas anak dapat diukur
melalui kemampuan anak didik menciptakan alat permainannya sendiri. Selama ini
anak hanya menjadi konsumen alat permainan sedangkan guru sebagi produsen yang
membuat alat permainan untuk anak, sehingga penurunan kreativitas anak sangat
nampak sekali karena anak idak punya kesempatan untuk berkreasi dan eksplorasi.
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses perawatan,
pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan
dimana anak dapat mengeksploreasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari
lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan eksperimen yang berlangsung
secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Perkembangan anak sangat
berbeda-beda, baik intelegensinya, bakat, minat, kreativitas, kematangan
emosinya, kepribadian, jasmani dan sosial, namun jika anak dirangsang sejak
dini akan ditemukan potensi-potensi yang unggul dalam dirinya (kemdiknas,
2010:17)
Pembelajaran di Taman
Kanak-Kanak (TK) hendaknya diterapkan dengan bermain, karena dunia anak adalah
dunia bermain. Melalui bermain anak akan dapat mengembangkan potensi kemampuan
nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik (motorik halus dan motorik
kasar), kognitif, bahasa, kepribadian dan kreativitasnya. Melalui aktivitas
bermain inilah anak akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pengetahuannya.
A.
Pendidikan Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah sosok
individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangannnya dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Sujiono, 2009:6).
Para ahli mengatakan bahwa
anak usia lahir sampai dengan 6 tahun juga dikatakan sebagai anak usia dini
karena pada masa ini anak mulai tumbuh dan berkembang untuk menentukan
kehidupan selanjutnya.
Anak usia dini adalah
sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), itelegensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosi (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut (Depag, 2003:2).
Dari beberapa definisi diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang
tumbuh dan berkembang yang bersifat unik sesuai dengan potensinya.
Setiap periode perkembangan
menunjukkan ciri-ciri atau karakteristik perilaku tertentu, terlebih lagi anak
usia dini (usia 4-6 tahun) adapun karakteristik anak usia 4-6 tahun adalah
sebagai berikut:
1) senang menjajaki
lingkungan, 2) mengamati dan memegang sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan
eksesif, 3) rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan tak
henti-henti, 4) bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan perasaannya, 5)
suka berpetualang, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, 6) suka
melakukan eksperimen, membongkar, dan mencoba segala hal, 7) jarang merasa
bosan, ada-ada saja hal yang ingin dilakukan, 8) mempunyai daya imajinasi yang
tinggi. (Suyanto dalam Yulianti, 2010:13-14)
Dengan karakteristik anak usia
dini tersebut dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk menentukan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya, sehingga pembelajaran yang
telah direncanakan dapat tercapai sesuai dengan tujuannya. Dalam perencanaan
pembelajaran apabila tidak melihat karakteristik anak, maka kegiatan yang telah
direncanakan bisa jadi tidak terlaksana dengan baik.
Kemampuan anak tidak semua berkembang sesuai dengan usianya.
Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya faktor lingkungan keluarga yang
sangat berpengaruh terhadap pemkembangan anak.
B.
Kreativitas
Anak
Kreativitas adalah bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan
sesuatu yang bersifat orisinal, murni, asli dan bermakna (Anna Craft, 2004:17).
Sementara kreativitas itu sendiri, adalah bentuk yang secara sekaligus mencakup
multiple intelligence sebagaimana dimaksud oleh Howard Gardner ( Anna Craft,
2004:20).
Menurut Martini Jamaris (2003:23), aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas
adalah:
1. Aspek
Kemampuan kognitig
2. Aspek
intuisi dan Imajinasi
3. Aspek
Pengindraan
4. Aspek
Kecerdasan Emosional
Sementara menurut Joan Freeman dan Utami Munandar (2001:30), kretivitas
dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu:
1. Kreativitas
dari Aspek pribadi
2. Kreativitas
ditinjau dari aspek pendorong
3. Kreativitas
sebagai proses
4. Kreativitas
sebagai produk
Pada anak usia dini, pengembangan kreativitas selalu dilakukan dan
menjadisatu dalam kegiatan bermaian, maka dalam bermain selalu bermuatan
kreatif baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Oleh karena itu
perlu disediakan alat permainan yang memudahkan penemuan minat-inat baru dan
menyampaikan gagasan, perasaan, serta ekspresi daya kreasi anak (Freeman dan
Munandar, 2011:21).
E.
Pembelajaran
di Taman Kanak-Kanak
Pembelajaran di TK hendaknya
menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan
pembelajaran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran yang
berpusat pada anak, anak diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan,
mengemukakanpendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri, guru
bertindak sebagai fasilitator dan motifator.
Dunia anak adalah dunia
bermaian, bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan
anak. Melalui bermain anak memperoleh informasi belajar dan melatih melalui
ketrampilan yang ada. Menurut Nuryanti (2008:67) bermain menyediakan kesempatan
anak untuk:
1. Menguji kemampuan anak
2. Mengekspresikan emosi
3. Bereksperimen dengan peran
4. Belajar aturan dan harapan
5. Melatih keterampilan untuk tahap
selanjutnya
Pembelajaran yang bermakna bagi anak, akan membawa
perubahan tingkah laku bagi anak. Tingkah laku yang dimaksud berupa hasil
belajar yang mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotor, dengan melibatkan
langsung anak dalam kegiatan pembelajan, anak akan menyadari bahwa
F. Mainan Kardus
Pengembangan kreativitas anak dalam mainan kardus, ada dua hal yang dapat
dikembangkan oleh anak didik diantaranya:
1.
Unsur kreativitas membuat bentuk
Dalam hal ini anak akan membuat 2
bentuk mainan, yaitu: 1) anak akan membuat mainan mobil-mobilan dari bahan
dasar berupa kardus bekas obat, pasta gigi, sabun dan lain-lain, 2) anak akan
membuat bentuk bangunan terminal dari balok yang telah disediakan oleh guru.
2.
Unsur bermain peran
Dari unsur kreativitas anak dalam membuat 2
bentuk bangunan, anak akan melakukan kegiatan bermain peran dengan menggunakan
mainan yang telah dibuat oleh anak, yaitu: mobil-mobilan dan bentuk bangunan
terminal kendaraan.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini sengaja dipilih
berupa kardus bekas, dengan maksud untuk meningkatkan kreativitas anak dengan
membuat mainan dari bahan yang ada disekitar anak. Bahan kardus dibawa sendiri
dari rumah oleh anak yang kemudian dipilah oleh guru untuk dibuat sebagai
mainan mobil-mobilan.
Dalam kegiatan pembuatan mainan mobil kardus ini, sepenuhnya dilakukan
oleh anak, guru hanya membantu melapisi kardus dengan kertas warna putih agar
bisa digambar/diwarna oleh anak.
G. Pembuatan Mainan Kardus
Pembuatan mainan kardus ini telah
dilaksanakan oleh penulis di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang melalui 2 tahap
,diantaranya:
1.
Pembuatan mainan mobil kardus
Anak-anak
membuat mainan mobil kardus dari kardus yang telah dibawa oleh anak sendiri dan
telah dilapisi oleh guru dengan kertas warna putih. Anak memulai dengan
memasangkan roda-roda mobil yang terbuat dari kertas (roda yang dipasang sesuai
dengan kreativitas anak, sesuai dengan ukuran kardus yang mereka dapat).
Setelah anak-anak memasang roda pada kardusnya, anak-anak mulai memberikan
pewarnaan pada kardus yang telah ditempeli roda tersebut dengan menggunakan cat
air, kemudian dijemur biar kering.
2.
Pembuatan bangunan terminal mobil
Pada
hari berikutnya kardus yang telah diwarna menggunakan cat air sudah kering,
anak akan memasangkan beberapa asesoris pada mobil-mobilan yang dibuat biar
nampak lebih baik. Penempelan asesoris
sesuai dengan kreativitas anak. Untuk asesoris guru menyediakan guntingan
kertas bentuk geometri.
Beberapa
anak yang telah menyelesaikan pembuatan mainan mobil-mobilan dari kardus,
bersama-sama membuat bangunan terminal. Dalam kegiatan ini,guru hanya
menyediakan miniature berupa bangunan induk terminal,untuk kelengkapan yang
lainnya, anak membuatnya sendiri dengan menggunakan balok-balok yang telah
disediakan oleh guru. Dari kegiatan ini anak akan memunculkan kreatifitas dalam
membuat sebuah bangunan terminal. Bangunan terminal yang dibuat tidak bersifat
permanen, karena terbuat dari balok, dalam hal ini anak membuat 2 bangunan
terminal.
H. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Melalui
Mainan Kardus
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan kreatifitas anak
melalui mainan kardus, menggunakan metode proyek. Adapun pelaksanaannya
dilakukan dengan menggunakan metode proyek, berikut gambaran pelaksanaan
kegiatan:
1.
Pembuatan mainan kardus
Pada awalnya guru meminta anak-anak membawa kardus bekas
pasta gigi, obat, sabun, dan lain-lain untuk dibawa kesekolah,yang kemudian
oleh guru dibungkus menggunakan kertas warna putih. Hasil kardus yang telah
dibungkus dengan kertas putih tadi ditunjukkan pada anak-anak, kemudian
anak-anak-anak sambil melihat guru menunjukkan kardus yang telah dibungkus
tadi, anak membandingkan ukuran besar-kecil dan panjang pendek antara kardus
yang satu dengan yang lainnya, dengan dibimbing oleh guru.
Setelah semua kardus ditunjukkan oleh guru, kemudian
anak-anak diminta memilahkan kardus yang ukurannya panjang, pendek, besar dan
kecil. Setelah dipilah, guru melakukan percakapan dan tanya jawab kepada
anak-anak mengenai macaam-macam kendaraan. Setelah anak-anak mengetahui banyak
macam-macam kendaraan dan ukurannya, anak-anak diminta guru untuk membuat
kendaraan sesuai dengan kreasinya masing-masing. Anak-anak memilih kardus
masing-masing, kemudian menempelkan potongan kertas berbentuk lingkaran sebagai
rodanya. Apabila anak-anak selesai menempelkan bentuk roda pada kardus,
anak-anak melakukan pewarnaan kardus dengan menggunakan cat air yang telah
disediakan oleh guru, kemudian hasil kardus yang dicat tadi dijemur biar kering.
Setelah
semua anak melakukan pengecatan,guru mengumpulkan ana-anak lagi dan memberikan
penjelasan, bahwa besok anak-anak akan diajak untuk memberikan beberapa
asesoris pada kardus yang dicat tadi, biar Nampak seperti bentuk mobil,
Selain
itu beok guru juga akan mengajak anak-anak untuk membuat bangunan terminal
sebagai tempat pemberhentian mobil-mobil yang telah dibuatnya.
Pada
hari kedua, guru mengajak anak-anak untuk menempelkan beberapa potongan kertas
berbentuk geometri pada kardus yang telah dicat, agar nampak seperti bentuk
mobil yang sebenarnya. Setelah selesai menempelkan bentuk-bentuk geometri pada
kardus yang telah dicat kemarin, anak-anak diajak untuk membuat bangunan
terminal sebagai tempat pemberhentian kendaraan, dalam hal ini anak membuat 2
bangunan terminal.
Dari
kegiatan terrsebut diatas, nampak bahwa kreativitas anak dalam membuat mobil
dari kardus yang hamper mirip dengan mobilyang sebenarnya, demikian juga dalam
membuat banguan terminal yang dibuat nampak kreativitas anak dalam membuat
bentuk bangunan terminal lengkap dengan tempat pemberhentian mobil-mobil yang
parkir di dalam terminal. Dalam pembuatan terminal ini guru hanya menyediakan
miniatur bentuk bangunan terminal.
2.
Memainkan mainan kardus
Pada hari yang kedua, setelah anak-anak menyelesaikan membuat
mobil dari kardus dan bangunan terminal, anak-anak diajak untuk bermain dengan
menggunakan mobi-mobilan yang telah dibuatnya. Guru sebagai fasilitator dan
motivator bertindak sebagai pengatur lalu lintas antara terminal yang satu dengan
terminal yang satunya.
Pada awalnya anak-anak merasa bingung dalam melakukan
kegiatan memainkan mainan yang telah dibuatnya, tetapi dengan bantuan guru
sebagai fasilitator dan motivator, anak-anak mulai melakukan banyak
berkomunikasi/berbicara layaknya orang-orang yang sedang mengendarai mobil dan
apabila bertemu dengan pengendara yang lainnya saling menyapa. Adapula yang
membuat kejadian aneh-aneh dengan bertabrakan antara mobil yang satu dengan
yang lainnya, kemudia ada yang berpura-pura mengendarai ambulan untuk
menolong mobil yang mengalami
kecelakaan.
Dari kegiatan memainkan mobil-mobilan ini, munculah
kreativitas anak-anak dalam membuat cerita/berperan secara spontanitas dalam
melakukan permainan peran yang tampak ada skenario. Melalui kegiatan ini anak
mulai berlatih berkomunikasi dan berbicara dengan teman yang sebelumnya jarang
dilakukan.
I. Hasil Yang Dicapai Dalam Pembelajaran
Mainan Kardus
Dari kegiatan pembelajaran mainan kardus, ada beberapa hasil yang dicapai
oleh anak dalam proses kegiatan pembelajaran, diantaranya:
Memunculkan
kreativitas anak melalui kegiatan membuat mainan kardus dan memainkan mainan
kardus, Anak menjadi mandiri dan percaya diri dalam mengekspresikan
imajinasinya pada saat membuat mainan dan memainkan mainan kardus, Anak dapat
membuat mainan sendiri dari bahan bekas yang ada disekitar anak dan mudah
didapat serta mudah untuk membuatnya, Menanamkan sifat kerjasama, terutama saat
memuat bangunan terminal dan saat memainkan mainan kadus, Melatih komunikasi
antar sesama teman, Memperkaya kosakata anak
terutama saat memainkan mainan kardus, Menanamkan disiplin dan mentaati
aturan/peraturan main saat melakukan kegiatan membuat dan memainkan mainan
kardus, Menanamkan cinta lingkungan, karena memanfaatkan barang bekas untuk
dijadikan mainan, Menumbuhkan sikap produktif pada anak, dengan merangsang
kreatifitas anak melalui memanfaatkan bahan seadanya untuk membuat mainan
sendiri, Memunculkan keberanian anak dalam mengungkapkan pendapat, dan Anak
dengan cepat dapat berinteraksi dengan temannya an berimprovisasi saat
memainkan mainan kardus.
1.
J. Kendala Yang Diadapi Dalam Pembelajaran
Mainan Kardus
Kegiatan pembelajaran membuat mainan kardus dan memainkan mainan kardus
tersebut diatas, tentunya ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembelajaran, diantaranya yaitu:
1.
Dalam pembuatan mainan mobil-mobilan dari kardus
membutuhkan waktu yang lama karena melalui proses pengecatan, sehingga
memerlukan waktu untuk pengeringan.
2.
Kardus yang dibawa oleh anak sangat berfariatif bentuk dan ukurannya, sehingga anak lebih
cenderung untuk memilih kardus yang berukuran besar
3.
Dalam memainkan mainan kardus berupa mobil-mobilan,
tidak ada skenario yang dibuat, sehingga ada anak yang bermain sendiri dengan
temannya sesuai dengan imajinasinya sendiri
4.
Mainan yang dibuat hanya sebatas mobil-mobilan
5.
Keterbatasan bahan yang dipakai untukmembuat mainan
kardus,sehingga anak hanya dapat berkreasi dengan bahan yang seadanya
K. Faktor
Pendukung Dalam Pembelajaran Mainan Kardus
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran mainan kardus, ada beberapa
factor pendukung sehingga tercapainya kegigitan pembelajaranyang menarik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan oleh guru. Adapun factor pendukung tersebut
adalah:
1.
Adanya kerjasama dengan orang tua, terutama saat anak
diminta membawa bahan untuk membuat mainan kardus berupa kardus bekas pasta
gigi, obat, sabun dan lain-lain
2.
Kerjasama dengan guru pendamping dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran mainan kardus
3.
Sarana tempat belajar yang memadai
4.
Motivasi anak yang tinggi untuk melakukan kegiatan
pembelajaran mainan kardus
5.
Kemandirian anak saat belajar mengajar dikelas, yang
tidak lagi ada yang rewel
6.
Kesiapan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
L. Alternatif
Pengembangan Pembelajaran Mainan Kardus
Setelah diterapkannya pembelajaran
mainan kardus dan adanya kendala dan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran
mainan kardus, maka ada beberapa alternatif pengembangan untuk lebih
meningkatkan kreativitas anak, diantaranya:
1. Dalam pembuatan mainan mobil-mobilan untuk
pewarnaan bisa menggunakan crayon,sehingga hasil dari mainan yang telah dibuat
dapat digunakan saat itu juga
2. Untuk lebih meningkatkan kreativitas anak,
guru memberikan kebebasan anak membuat berbagai macam kendaraan dengan
menggunakan bahan yang dibawa oleh anak dan yang disiapkan oleh guru dengan
bermacam-macam bahan dari kardus
3. Guru sudah menyiapkan skenario/alur
cerita, sehingga saat anak melakukan kegiatan memainkan mainan yang telah
dibuatnya tidak bermain-main sendiri
4. Guru merancang kegiatan yang menarik dengan
memanfaatkan bahan kardus bekas yang ada dilingkungan sekolah yang dicari anak
sendiri, sehingga menanamkan bahwa apa yang ada disekitar anak dapat digunakan
untuk mainan
5. Merancang kegiatan diluar kelas, sehingga
anak-anak ada fariatif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
M.
Kesimpulan
Kreativitas anak dapat
dirangsang melalui kegiatan bermain dan permainan, dengan memberikan kebebasan
anak untuk berkreasi sesuai dengan imajinasinya, seperti dalam kegiatan
pembelajaran mainan kardus. Dalam pembelajaran mainan kardus, anak membuat
mainan sendiri dan memainkannya sendiri.
Bahan yang dipakai dalam kegiatan tersebut dari bahan bekas yang ada dan mudah
didapat disekitar anak.
Penerapan pembelajaran mainan
kardus yang dilakukan di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, membawa dampak
positif bagi anak, diantaranya: anak menjadi kreatif, mandiri, produktif dan
memiliki sikap salaing bekerjasama. Anak mengerti bahwa bahan bekas, dapat
digunakan sebagai mainan. Kegiatan pemelajaran ini dapat djadikan sebagai
alernatif kegiatan yang inovatif.
N. Saran
Untuk menumbukan kretivitas anak dapat diterapkan kegiatan pembelajaran
mainan kardus yang kegiatannya dipadukan dengan permaian sehingga anak akan merasa senang. Penulis
menyarankan kepada guru yang menggunakan pembelajaran ini, diantaranya:
1.
Guru harus bisa berinovsai dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga anak tidk bosan dalam mengikuti kegiaan pembelajaran
2.
Kreativitas anak dapat ditumbuhkan, apabila guru dapat
merangsang melalui kegiatan yang inovatif dan memberikan kebebasan pada anak
untuk menuangkan imajinasinya melalui kegiatan pembelajaran yang menarik
3.
Mainan mobil-mobilan, bisa diubah dengan jenis
kendaraan yang lain,sehingga kreatifitas anak akan muncul
Daftar Pustaka
Craft, Ana. 2004. Me-Refresh Imajinasi dan Kreativitas
Anak-Anak,terj. M. Choirul Annam, Jakarta: Cerdas Pustaka
Depag. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Raudhatul
Atfal. Jakarta: Depag
Freeman, Joan-Munandar,
Utami. 2001: Cerdas dan Cermelang.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Kemdiknas. 2010. Permainan Membaca dan Menulis di Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas
Kemdiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas
Kemdiknas. 2010. Tingkat Pencapaian perkembangan Anak taman
Kanak-kanak. Jakarta: Kemdiknas
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak.Jakarta: Indeks
Santi, Danar.2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan
Prktik. Jakarta: Indeks
Sujiono, Yuliani Nuraini,
Dr. M.Pd. 2009. Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Soetjiningsih, dr. DSAK.
1995. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya:
Penerbit Buku Kedokteran ECG