Kamis, 08 Juni 2017

PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER PADA ANAK USIA DINI MENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS ICT



Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd

Tatanan kehidupan umat manusia yang didominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan menurut Collins dalam Dewi (2013:119). Dalam tatanan itu, menurut Simone de Beauvoir (2013) perempuan ditempatkan sebagai the second human being (manusia kelas dua), yang berada di bawah superioritas laki-laki. Perempuan selalu dianggap bukan makhluk penting, melainkan sekedar pelengkap yang diciptakan dari dan untuk kepentingan laki-laki. Akibatnya, ada pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan biasanya ditempatkan di ranah domestik, sedangkan laki-laki berada di ranah publik (Beauvoir, 2003:ix).
Keadilan dan kesetaraan gender merupakan suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan. Keadilan gender adalah keadilan dalam memperlakukan perempuan dan laki –laki sesuai kebutuhan mereka. Hal ini mencakup perlakuan yang setara atau perlakuan yang berbeda tetapi diperhitungkan ekuivalen dalam hal hak, kewajiban, kepentingan dan kesempatan. Keseteraan gender pada hakekatnya berarti mengakui bahwa semua manusia ( baik laki-laki maupun perempuan ) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh peran gender yang kaku. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab, dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan ( Unesco, 2002 ).
Lembaga sekolah merupakan suatu wadah pendidikan formal yang dikondisikan bagi anak didik yang bertujuan tidak hanya untuk pencapaian ilmu, namun wadah formal ini diharapkan juga mampu menyiapkan anak didik dengan moral, etika yang diperlukan guna memasuki tahapan kehidupan selanjutnya secara berharkat dan bermartabat. Lembaga pendidikan PAUD seperti Taman Kanak-Kanak (TK) dianggap merupakan jenjang pendidikan yang sangat ‘strategis’ dan ‘penentu utama’ bagi kerangka pembentukan basis kerangka berpikir domain kemanusiaan peserta didik, dalam membentuk sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar.
Sekolah berperan penting dalam merubah pola pikir peserta didik termasuk perilaku-perilaku yang dianggap bias gender, oleh karena itu perlu mewujudkan pendidikan yang berwawasan gender. Dalam pembangunan pendidikan memegang peran dan fungsi yang sangat strategis untuk memasukkan pembelajaran yang berwawasan gender. Pembelajaran anak terkait dengan kesetaraan gender harus diberikan sejak dini. Kalau tidak, mereka kemungkinan akan melakukan diskriminasi. Orang  tua dan guru bisa berkontribusi dalam hal ini utama dalam mengajarkan, membimbing, dan memberikan pengetahuan soal gender pada anak. Namun, tak kalah penting adalah peran seorang guru yang sangat strategis untuk menanamkan sikap kesetaraan gender agar ketika mereka beranjak dewasa bisa responsif terhadap diskriminasi gender. Sekali saja guru di sekolah menyentuh persoalan gender, anak-anak akan terus mengingatnya, hingga usia dewasa.
Permasalahan-permasalahan di atas juga terjadi pada pendidikan anak usia dini. Contoh nyata adalah pemberian mainan untuk anak laki-laki dan perempuan yang dikotak-kotakan anak laki-laki diberikan mainan mobil-mobilan, pistol-pistolan, sementara anak perempuan diberikan mainan boneka-bonekaan, pasar-pasaran, dan sejenisnya. Anak tidak diberikan kebebasan untuk memilih mainan apa yang disukainya. Pengkotakan ini tentu mengkonstruk jati diri anak, sikap anak yang cenderung terpolakan menurut sterotype berdasarkan konstruk gender yang bias tersebut.
Pengembangan pembelajaran responsif gender pada pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk memutuskan mata rantai budaya yang bias gender sejak dini. Menurut Wibowo (2010:193) Pembelajaran responsif gender adalah proses pembelajaran yang memberikan perhatian seimbang bagi kebutuhan khusus laki-laki maupun perempuan. Pembelajaran responsif gender mengharuskan pendidik untuk memperhatikan berbagai pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan dan keadilan gender melalui : proses perencanaan pembelajaran; interaksi belajar mengajar; pengelolaan kelas dan; evaluasi hasil belajar. Didalam pembelajaran harus dilakukan responsif gender karena pembelajaran merupakan proses internalisasi nilai tentang baik dan buruk, apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan. Karena itu harus dilakukan dengan memperhatikan: keadilan akses, partisipasi, kontrol, manfaat, menyadari perbedaan, dan meninggalkan mitos.
Manajemen sekolah memainan peran yang sangat penting dalam mewujudkan sekolah yang berwawasan gender. Sistem menejemen sekolah menjadi kunci penentu dalam pelaksanaan pendidikan gender, dengan memberika kesetaraan dan keailan terutama dalam menyusun rancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas-ativitas pembelajaran dikelas, guru masih kurang memfasilitasi atau memberikan layanan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, misalnya: laki-laki selalu menjadikan pemimpin pada setian kegiatan pembelajaran, fasilitas bermain yang kecenderungan berpihak pada anak laki-laki (missal: mobil-mobilan, balok, tangga majemuk, dll). Memasukkan perspektif gender didalam kegiatan pembelajaran merupakan terobosan yang sangat baik dalam merancang desain pembelajaran yang responsif pada gender.
Indikator-indikator pembelajaran responsif gender antara lain: perempuan dan laki-laki memperoleh akses partisipasi aktif yang sama, memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam proses belajar mengajar, memperoleh pelayanan yang sama, dan memperoleh pembelajaran/bahan ajar yang sama.memperoleh pelayanan yang sama, dan memperoleh pembelajaran/bahan ajar yang sama.
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu wadah pendidikan bagi anak usia dini yang memberikan pelayanan pendidikan anak usia 4-6 tahun berupaya mencoba merancang kegiatan belajar dengan pendekatan pembelajaran responsif gender, untuk memberikan pendidikan yang berwawasan gender sejak usia dini. Kegiatan pembelajaran ini, akan dipadukan dengan enam aspek pengembangan di Taman Kanak-kanak sesuai Permendibud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Penerapan pembelajaran berprinsip pada “bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain”, dengan menggunakan media ICT sebagai sarana belajar untuk lebih menguatkan pengetahuan pada anak.

A.    MODEL PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajan responsif gender menggunakan model pembelajaran berdasarkan minat anak. Dalam pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan minat anak diberikan kesempatan untuk memilih/melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka. Berikut langkah-langkah pelaksanaan kegiatan model pembelajaran berdasarkan minat:

1.    Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilaksanakan adalah melatih pembiasaan, misalnya: memberi salam dan berdo’a sebelum melakukan kegiatan. Untuk membangkitkan semangat belajar, anak diajak bernyayi bersama. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman sehari-hari 3-4 anak, teman yang lainnya bertanya dari cerita anak tersebut.
Dalam kegiatan awal membahas tema/sub tema yang sudah direncanakan oleh guru, yang kemudian melakukan kegiatan fisik/motorik kasar yang dilakukan didalam atau diluar kelas.

2.    Kegiatan Inti
Sebelum melakukan kegiatan inti, guru bersama anak-anak membicarakan tugas-tugas di area yang telah direncanakan. Setelah itu anak-anak akan memilih area berdasarkan minatnya. Guru menjelaskan tugas dimasing-masing area yang telah direncanakan. Area yang dibuka sesuai dengan indikator yang dikembangkan dan sarana pembelajaran.
Anak dapat berpindah area berdasarkan minatnya apabila anak sudah menyelesaikan tugasnya diarea tersebut, sehingga anak akan menyelesaikan tugas disemua area yang telah dibuka. Guru memotivasi anak agar anak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Selain memotivasi, guru juga membimbing anak yang mengalami permasalahan dalam menyelesaikan tugas di area yang dipilih oleh anak. Guru melakukan penilaian dengan memakai alat bantu penilaian yang telah disiapkan sesuai dengan indikator  yang telah direncanakan.

3.    Istirahat
Dalam kegiatan istirahat, anak-anak melakukan kegiatan bermain bebas diluar dengan pengawasan dari guru. Setelah bermain bebas diluar, anak masuk kembali untuk makan bersama. Sebelum makan anak cuci tangan dan berdo’a sebelum makan, setelah selesai makan anak do’a selesai makan dan merapikan alat makan yang telah digunakan serta mengembalikan pada tempatnya semula.

4.    Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya bercerita dan menyanyi. Kemudian guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan tadi. Diakhir pembelajaran guru memberikan pesan-pesan moral dan membicarakan rencana kegiatan besok. Kegiatan belajar ditutup dengan do’a selesai belajar dan memberi salam.

B.     MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media merupakan sarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga anak akan lebih memahami materi/pelajaran yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran responsif gender mengguakan media ICT, karena media ini sangat menarik bagi anak. Di dalam media ICT ini, menggunakan sofwer power point yang menampilkan point-point dari tema yang diangkat. Dalam tampilannya menggunakan sistem hiperlink, sebagai penguatan juga menampilkan film yang berkaitan dengan tema. Adapun tampilan dalam power point diantaranya:
1.      Menjelaskan macam-macam kendaraan di darat, air dan udara
2.      Orang yang mengendarai kendaraan. Dalam tampilan ini anak-anak dijelaskan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang dapat mengendarai semua kendaraan tanpa membedakan gender.
3.      Tempat berhentinya kendaraan didarat, air dan udara. Pada tampilan ini anak-anak juga dijelaskan orang yang membagun tempat pemberhentian kendaraan baik laki-laki dan perempuan dapat membangun tempat pemberhentian kendaraan (arsitek/kontraktor).
4.      Tayangan video akan memberikan penguatan pada anak tentang tema yang  disampaikan.
5.      Permainan atau kuis sebagai evaluasi keberhasilan materi/tema  yang disampaikan.

Sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran responsif gender berupa balok, kardus bekas, miniatur bangunan terminal , dan sumber belajar yang lainnya (pewarna, kertas, lem, dll) untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sumber belajar ini akan digunakan untuk kegiatan membuat macam-macam kendaraan yang akan dipakai untuk bermain peran. Sumber belajar yang digunakan disesuaikan dengan rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai tema.

C.    TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN
Didalam pelaksanaan pembelajaran responsif gender memilih tema kendaraan dengan sasaran anak usia 5-6 tahun. Adapun tingkat pencapaian perkembangan yang ingin dicapai termasuk dalam 6 lingkup perkembangan yang ada di TK, diantaranya yaitu:
1.      Lingkup Pengembangan Nilai-nilai agama dan moral
Ø  Mengenal agama yang dianut
2.      Lingkup Pengembangan Sosial emosional dan kemandirian
Ø  Bermain dengan teman sebaya
Ø  Bersikap kooperatif dengan teman
Ø  Menunjukkan sikap toleransi
3.      Lingkup Pengembangan Bahasa
Ø  Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
Ø  Memahami aturan dalam suatu permainan
4.      Lingkup Pengembangan Kognitif
Ø  Mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran
Ø  Mengklasifikasikan sesuai dengan kelompok yang sejenis
Ø  Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah
5.      Lingkup Pengembangan Fisik
Ø  Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan,keseimbangan dan kelincahan
Ø  Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
6.      Lingkup Pengembangan Seni
Ø  Membuat karya seni seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai bahan

D.    INDIKATOR PEMBELAJARAN
Pembelajaran responsif gender dengan menggunakan media ICT dapat mencapai indikator-indikator sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan yang ada dalam 6 lingkup pengembangan di TK, diantaranya yaitu:
1.      Lingkup Pengembangan Nilai-nilai agama dan moral
Ø  Berdo’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
2.      Lingkup Pengembangan Sosial emosional dan kemandirian
Ø  Bermain bersama dengan teman
Ø  Bekerjasama dalam sebuah permainan
Ø  Menghargai orang lain
3.      Lingkup Pengembangan Bahasa
Ø  Menjawab pertanyaan sederhana
Ø  Mengikuti aturan permainan
4.      Lingkup Pengembangan Kognitif
Ø  Membedakan benda berdasrkan ukuran
Ø  Mengelompokkan benda sejenis
Ø  Bersikap kreatif dalam menyelasikan masalah
5.      Lingkup Pengembangan Fisik
Ø  Melakukan gerak pantomim
Ø  Membuat mainan dari bahan bekas
6.      Lingkup Pengembangan Seni
Ø  Membuat berbagai bentuk bangunan dari balok
Dalam pelaksanaan pembelajaran indikator diatas ada yang menjadi indikator utama ada yang menjadi dampak dari indikator utama dari media pembelajaran yang dibuat.

E.     EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar anak-anak memahami materi yang telah di ajarkan oleh guru. Selain digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menyampaikan materi, evaluasi juga digunakan untuk memperbaiki kekurang dalam pelaksanaan pembelajaran dan mengukur keberhasilan pembelajaran
Adapun evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah:
1.      Observasi
Mengamati secara langsung dari awal sampai dengan akhir kegiatan pembelajaran (menilai sikap sosial dan nilai agama)
2.      Hasil Karya
Menilai hasil kerja anak yang telah diberikan oleh guru
3.      Unjuk Kerja
Penilaian dilakukan ketika anak untuk memperagakan sebuah kegiatan
4.      Percakapan
Memberikan penilaian pada anak saat memberikan gagasan pada saat tanya jawab
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pelaksanaan pembelajaran responsif gender menggunakan media ICT menggunakan model pembelajaran berdasarkan minat anak dengan empat kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat dan kegiatan akhir. Berikut langkah-langkah pelaksanaannya:

1.        Kegiatan Awal
            Dalam kegiatan awal anak-anak sebelum masuk kelas berbaris didepan kelas, yang kemudian menyanyi untuk membangkitkan semangat belajar sebelum masuk kelas. Setelah itu anak masuk didalam kelas dengan rapi duduk dalam satu tempat untuk melaksanakan pembelajaran klasikal bersama guru.
            Sebelum melaksanakan kegiatan belajar anak-anak berdo’a dan memberikan salam. Kemudian anak menyanyi bersama-sama dengan guru.sebagai apersepsi pada kegiatan awal. Setelah menyanyi bersama,anak-anak berbagi cerita pengalaman 2-3 anak (baik laki-laki/perempuan) secara bergantian maju kedepan, anak yang lainnya bertanya kepada anak yang bercerita kedepan.
            Setelah berbagi cerita pengalaman, guru melakukan menanyakan pada anak-anak tentang macam-macam kendaraan yang diketahui oleh anak. Guru menggali kemampuan anak untuk menyebutkan macam-macam kendaraan. Kemudian anak-anak diajak guru melakukan kegiatan motorik kasar gerakan pantomim menirukan oarang mengendarai kendaraan, kegiatan ini dilakukan didalam kelas.

2.        Kegiatan Inti
            Pada kegiatan inti anak dan guru membahas tentang tema kendaraan dengan pendekatan saintifik, adapun langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut:
a.      Mengamati
Guru menayangkan power point yang telah dibuat pada layar LCD. Anak-anak mengamati ditayangkan tentang macam-macam kendaraan. Sambil mengamati, guru menjelaskan slide-slide yang ditayangkan untuk membuka wawasan anak tentang tema kendaraan. Didalam penjelasan tersebut, guru juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan tentang gender misalnya: guru menjelaskan bahwa orang laki-laki dan perempuan dapat mengendarai semua kendaraan, sambil menjelaskan dan menayangkan gambarnya. Dalam kegiatan ini slide yang ditayangkan tenntang macam-macam kendaraan, tempat pemberhentian kendaraan, dan orang yang mengendarai kendaraan.

b.      Menanyakan
Pada kegiatan ini guru dan anak melakukan tanya jawab tentang gambar yang telah ditayangkan (tanya jawab bisa berupa pengalaman anak-anak yang pernah dialaminya, misalnya: dalam slide tayangan macam-macam kendaraan darat hanya menampilkan mobil, bis, dan sepeda, kemudian anak menanyakan kendaraan lainyang pernah dilihatnya, demikian juga dengan materi yang lainnya ). Dalam hal ini guru menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, dan apabila ada yang berkaitan dengan gender, guru menjelaskan pula tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kegiatan ini tidak hanya anak yang tanya ppada guru, tetapi sebaliknya, guru juga bertanya kepada anak untuk menambah pengetahuan anak.

c.       Mengumpulkan informasi
Guru memberikan tugas pada anak secara berkelompok, dalam satu kelas akan dibagi menjadi 3 kelompok. Adapun tugas yang diberikan adalah membuat berbagai macam kendaraan didarat, diair dan diudara dengan bahan dasar kardus bekas. Tiap kelompok akan membuat bermacam-macam jenis kendaraan, misalnya: mobil, perahu, pesawat dan lain-lain. Dalam menentukan anggota kelompok guru tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan, dan tiap kelompok diminta memilih ketua kelompoknya masing-masing (ketua kelompok bisa laki-laki atau perempuan).
Setelah membuat macam-macam kendaraan ketiga kelompok tersebut diminta untuk membagun tempat pemberhentian kendaraan, tiap kelompok membuat satu tempat pemberhentian kendaraan. Bahan yang digunakan untuk membuat tempat pemberhentian kendaraan dari balok bangunan dan miniatur tempat pemberhentian kendaraan (miniatur hanya berupa simbol bangunan terminal, pelabuhan, dan bandara), miniatur yang digunakan sesuai dengan tugas yang diminta oleh guru. Dalam membuat ini semua anak terlibat, baik laki-laki maupun perempuan, memang yang lazimnya anak laki-laki yang mengerjakan, sekarang semua anak dapat melakukannya.
Setelah membuat bangunan tempat pemberhentian kendaraan sudah selesai, anak diajak bermain peran, memainkan kendaraan yang telah dibuat pada bangunan tempat pemberhetian kendaraan yang telah dibuatnya. Dalam kegiatan ini anak dikelompokkan kembali sesuai dengan jenis kendaraan yang akan bermain pada tempat pemberhentian kendaraan yang sesuai dengan kendaraan yang dibuatnya.

d.      Mengasosiasikan
Anak laki-laki dan perempuan mengerjakan bersama-sama  tugas yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan anak. Tugas dikerjakan secara berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Anak-anak beresplorasi dan berimajinasi untuk membuat kendaraan dari kardus bekas. Kreatifitas anak akan muncul dalam kegiatan ini, baik anak laki-laki maupun perempuan dalam posisi yang sama untuk berkreasi.

e.       Mengkomunikasikan
Anak-anak duduk bersama dalam satu tempat antar anak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan (tempat duduk sesuai keinginan anak-anak tetap dalam posisi yang rapi sesuai perintah guru), kemudian menyampaikan hasil kerjanya. Tiap anak laki-laki dan perempuan menceritakan hasil karyanya (kendaraan yang dibuat) masing-masing dan pengalaman saat kegiatan bermain peran. Dalam kegiatan ini akan diwakili 2-4 anak untuk maju kedepan dengan mewakilkan setiap anak laki-laki dan perempuan.
Sebelum melakukan kegiatan istirahat, anak laki-laki dan perempuan merapikan kembali peralatan yang telah digunakan bermain/belajar.

3.        Istirahat
            Setelah menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru dan mempresentasikan hasilnya, anak-anak diajak bermain bebas diluar. Tempat main ditentukan oleh guru, agar mudah diawasi oleh guru. Dalam bermain anak laki-laki dan perempuan akan bermain bersama. Setelah selesai bermain, anak-anak masuk kelas untuk makan bekalnya. Sebelum makan anak-anak cuci tangan dan membaca do’a sebelum makan. Anak-anak mengambil bekalnya masing-masing didalam tas yang tersimpan rapi dirak tas. Selesai makan, anak-anak merapikan tempat makanannya yang kemudian mengembalikan tas pada tempatnya kemudian duduk kembali dalam kelas dan bersama-sama membaca do’a selesai makan.

4.        Kegiatan Akhir
            Pada kegiatan akhir anak-anak diajak guru untuk melihat video tentang mengenal kendaraan untuk menguatkan materi/pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Setelah melihat video, anak-anak diajak bermain kuis tentang kendaraan, misal: ada dua gambar kendaraan, mana yang termasuk kendaraan darat, apabila anak menjawab benar maka akan keluar gambar anak senyum, apabila salah akan keluar gambar anak menangis. Dalam kegiatan kuis ini menggunakan media ICT yang ditayangkan lewat LCD. Sebelum pulang anak-anak mendengar pesan-pesan dari guru, yang kemudian ditutup dengan do’a selesai belajar dan mengucap salam, terakhir anak diajak bernyanyi bersama.
            Didalam pelaksanaan pembelajaran ini tetap mengedepankan kesetaraan dan keadilan gender, misalnya yang memimpin berdo’a, membagikan sabun cuci tangan dan yang membawa bendera kelas pada saat anak-anak pulang.
            Media yang digunakan adalah media ICT dengan sumber belajar/alat yang digunakan balok bangunan berbagai bentuk, kardus bekas, kertas warna, lem, dan miniatur gedung bandara,terminal, serta pelabuhan.

Kesimpulan
Pembelajaran responsif gender dapat dirancang untuk memberikan pendidikan berwawasan gender dengan memberikan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan bermain dan permainan, dengan memberikan kebebasan anak untuk melakukannya tanpa membedakan jenis kelamin dapat memberikan wawasan gender pada anak bahwa sebenarnya laki-laki dan perempuan itu sama
Media ICT digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran responsif gender, membantu untuk menjelaskan pada anak-anak, disamping media sangat tersebut menarik. Penerapan pembelajaran berwawasan gender yang dilakukan di KB-TK Negeri Pembina 1 Kota Malang, membawa dampak positif bagi anak, diantaranya: anak menjadi memahami peran laki-laki dan perempuan, kesetaraan dan keadilan laki-laki/perempuan, dan memiliki sikap saling bekerjasama antar anak laki-laki dan perempuan.

Saran
Penerapan pembelajaran responsif gender pada anak usia dini dapat dikembangkan pada kegiatan-kegiatan permainan, sesuai dengan prinsip pembelajaran “bermain sambil belajar, belajar seraya bermain”. Hal ini akan menjadi menarik bagi anak dengan dipadukan enam aspek pengembangan pada Taman Kanak-Kanak. Media pembelajaran disesuaikan dengan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan dengan membuat media yang menarik bagi anak.

Daftar Pustaka

Beauvoir, Simone De Beavoir. 2003. The Secound Sex Kehidupan perempuan,diterjemahkan oleh Toni B. Febrianto, dkk. Pustaka Prometea
Dewi Siti Malaiha,. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Responsif gender Di PAUD Ainina Mejobo Kudus. Thufula
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Wibowo, Dwi Edi. 2010.Sekolah Berwawasan Gender. Muwazah