Senin, 23 Januari 2017

METODE SOSIO DRAMA DAPAT MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK




Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd



Pada anak usia dini program pengembangan dan memperoleh bahasa perlu diperhatikan dengan baik, karena masa usia dini adalah masa emas bagi perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun psikis. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. Bahasa anak mulai berkembang dimulai dari pengalaman, untuk membantu pengembangan bahasa anak, maka guru perlu merancang  program berbasis pengalaman. Anak diberi kesempatan untuk menyampaikan, mengkomunikasakan perasaan ide-ide kepada orang lain, anak mempelajari bahasa ketika mereka berinnteraksi dengan linkungannya. Ketika tumbuh dalam berbicara dan menyimak maka kebutuhan mereka untuk menulis akan segera munvcul dan mereka mencari cara untuk menggunakan tulisan untuk menyampaikan ide dan gagasannya.
Untuk memindahkan pemahaman dan meningkatkan bahasa anak , kami sebagai pendidik memilih metode ssosiodrama , karena dengan metode tersebut anak bisa mempraktekkan langsung sehingga mudah untuk memahami dengan pengalaman yang mereka terima.
METODE
Metode yang dipakai penulis adalah penelitian kualitatif adalah yaitu penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Setting penelitian : TK Putra Cendekia Kelompok B. Subyek yang terlibat sebagai penelit juga guru kelas dan dibantu rekan guru. Alat-alat dan tekhnik monitoring dalam proses pengumpulan data adalah kurikulum, RPPH, Evaluasi perkembangan anak. Langkah-lankah yang di tempuh dengan menggunakan III siklus.
Kajian Teori
Tujuan   pengembangan kemampaun bahasa anak pada taman kanak- kanak adalah : agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan dapat mmbangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia (Depdiknas, 2004: 3).
Dari pernyataan diatas, maka tujuan utama mengembangkan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-kanak adalah agar anak dapat mengkomunikasikan perasaan ide dan gagasankepada orang lain. Hala ini terjadi karena bahasa merupakan media bagi anak untuk berpikir dan mengembangkan kemapuan sosialdan personalnya (Badan penyelenggara rayon 15 ).
Bahasa anak berkembang dari pengalaman. Untuk membantu perolehan pengembangan bahasa  anak, maka guru merancang program berbasis pengalaman. Anak akan mempelajari bahasa ketika berinteraksi dengan lingkungannya. ( Dr,I Wayan Sutama 2007 )
Cara anak belajar menurut para tokoh aliran kontruktivistik berpandangan bahwa keterampilan bahasa dan berfikir anak terbentuk ketika anak berinteraksi dan merispon lingkungannya, ( seefeld dan Nita B, 1994). Perkembangan bahasa anak mengikuti tahap-tahap berpikir anak melalui taha-tahap sensori motor, praoprasioanl, oprasioanl konkrit, dan porasional formal. Bahkan Vigotsky menekankan bahwa pengalaman berbahasa anak terbentuk ketika anak berinteraksi dengan lingkungannya, ( Dr. Iwayan Sutama, 2007 ). Seefld Nita Berbaur mengunkapkan bahwa Keterampilan dasar berbahasa yang dapat dikembangkan adalah; menyimak, pramembaca, membaca, dan menulis.
Dari uraian diatas maka penulis memilih program berbasis pengalaman dengan menggunakan metode sosiodrama. Drama adalah perasaan manusia yang beraksi didepan mata, itu berarti aksi dari suatu perasaan yang mendasar keseluruhan drama. Yang ditekankan drama adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu melaluai tiruan gerak. Drama adalah cerita tiruan prilaku manusia yang dipentaskan ( Drs. M. Atur Semi, Anatomi satra, 1998 ). Pada siswa TK drama yang ditampilkan adalah drama mini kata karena disesuaikan dengan karakteristik anak TK yang sederhana. Drama mini kata adalah drama yang di improvisasikan dan prubahan mimik ( Drs. Mokhammad Ngafenan, Kamus kesusastraan 1990 ).

Hasil Penelitian
1.    Setelah penulis mengamati bahwa seringkali anak tidak mau menceritakan pengalaman, menceritakan kembali isi cerita karena bebarapa faktor antara lain :
a.     Bahasa yang diucapkan bercampur dengan bahasa Jawa
Sering kita jumpai pada saat anak bercerita banyak diamnya hal ini disebabkan bahasanya bercampur dengan bahas Jawa sehingga untuk mengungkapkan kata-kata dan mengeluarkan ide-ide akan terhambat. Dengan memberikan metode sosiodrama anak senang melakukannya dengan memerankan tokoh yang mereka senangi.
b.     Anak cepat bosan mendengarkan Cerita
Anak mendengarkan guru saat berceita sering bosan, apa lagi anak yang tidak mau diam, salah satu solusinya yaitu menggunakan metode bermain peran. Anak-anak akan lebih terfokus dengan peran yang mereka mainkan, sehingga anak lebih mengerti apa yang ibu guru sampaikan, anak disuruh menceritakan kembali isi cerita setelah bermain peran akan bercerita dengan apa yang sudah dimainkan dalam peran tersebut.
c.      Anak kesulitan dalam pra membaca
Pada ketrampilan pra membaca ini anak menghadapi kesuliatan, Hal ini berkaitan tekhnik yang penulis pakai, yaitu setelah anak bermain peran sosiodrama merangsang anak untuk mmelaksanakan tugas yan penulis berikan dengan menyenangkan seperti; memasangkan gambar dengan tulisana anggota keluarga ( Ayah, Ibu, Kakek, nenek, kakak, adik ) anak t  rmotivasi untuk membaca.
d.     Anak sulit untuk membaca
Membaca disini diartiakan kemampun anak dalam membaca, setelah bermain peran dengan sosiodrama anak akan termotivasi untuk bisa membaca.
2.    Anak Sulit mengucapkan Huruf R
Anak yang tidak bisa mengucapkan huruf R menjadi pemalu, apalagi bercerita dan didenagrkan teman-temannya hal ini akan menghambat perkembangan bahasanya. Solusi yang peneliti pakai, menggunakan metode sosiodrama, pada saat memerankan suatu tokoh kata-kata yaang ada hruf r nya disuru mengulang-ngulang katanya, karena diperankan dengan senang hati anak akan mengulang kata tersebut untuk melatih fisik metoriknya dan anak denagn tiadk sadar melakukannya dan tidak malu lagi.

PEMBAHASAN
Pada siklus I
Setelah menggunakan metode sosiodrama. Hasil Yang didapat anak yang sulit pada Pengembangan ketrampilan bahasa ada penigkatan 75% dari jumlah siswa 20 anak. Anak yang tidak bisa menyebutkan huruf R, setelah menggunakan metode sosiodrama tidak malu lagi dan pengembangan bahasanya ada peningkatan 60%
Pada Siklus II
Setelah menggunakan metode sosiodrama. Hasil Yang didapat anak yang sulit pada Pengembangan ketrampilan bahasa ada penigkatan 90% dari jumlah siswa 20 anak. Anak yang tidak bisa menyebutkan huruf R, setelah menggunakan metode sosiodrama tidak malu lagi dan pengembangan bahasanya ada peningkatan 90%.

KESIMPULAN
1.     Menambah pengetahuan bahasa anak, dengan Bersosiodrama menambah pengalaman dan pengetahuan sehingga dapat mengembangakan kemampuan dasar anak seperti ; moral, emosioanal, bahasa, fisik motorik Kasar dan Halus, seni.
2.     Anak yang tidak bisa mengucapkan hurf r , dengan bersosiodrama anak tidak pemalu lagi, ada peningkatan kemampuan dasar.
SARAN 
Kita sebagai pendidik Taman Kanak-Kanak dapat menghadapi suatu permasalahan dalam proses belajar mengajar, agar KBM bisa tercapai apa yang kita harapkan,

Selasa, 17 Januari 2017

METODE 3M (MENGGAMBAR, MENGGUNTING DAN MENEMPEL) UNTUK MENINGKATKAN KREATIFIAS DAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI


Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd



Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai upaya stategis dan integral penunjang penyelenggaraan pendidikan. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all), mulai dari usia dini sebagai masa “the golden age” sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk pendidikan yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan kognitif (kecerdasan intelektual) sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara adaptive (bersahabat).
Pada dasarnya setiap peserta didik dikarunai potensi kreatif sejak lahir.Hal ini dapat kita lihat dari perilaku bayi dalam mengeksplorasi apapun yang ada di sekitarnya secara alamiah.Mereka dapat menikmati warna, cahaya, gerakan dan bunyi. Selain itu juga dapat kita lihat pada perilaku anak usia dini yang secara alamiah gemar bertanya, mencoba, memperhatikan hal-hal yang baru. Semua kegemaran yang timbul dalam diri anak merupakan potensi kreatif yang sangat dibutuhkan hingga mereka dewasa nanti. Oleh karena itu, upaya perangsangan kreativitas pada usia dini sangat penting sekali. Orangtua dan pendidik sebenarnya memahami tentang pentingnya mengembangkan kreativitas anak sejak usia dini. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kesulitan yang berkenaan dengan mengembangkan kreativitas pada anak usia dini.
Untuk pengoptimalian potensi kreatif yang dimiliki anak usia dini agar mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki perlu dilakukan suatu upaya yang kreatif agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan keadaan yang nyaman, menyenangkan dan bermakna dalam diri anak. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan oleh orang tua dan pendidik melalui kegiatan bermain. Sebab mengembangkan kreativitas anak usia dini tidak bisa dilepaskan dari faktor bermain. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan esensial bagi anak usia dini. Melalui kegiatan bermain memungkinkan anak untuk belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu juga dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreatifitas, bahasa, emosi, nilai dan siap hidup.
Metode 3M ini ditulis karena penulis merasa bahwa masih banyak orang tua yang belum memahami bagaimana cara meningkatkan kreatifitas dan motoric halus pada anak usia dini.

B. PEMBAHASAN
            Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan kreatifitas yang bervariasi dan berbeda antara satu dengan yang lain. Untuk itulah kita sebagai seorang guru harus mampu memahami kemampuan masing-masing anak supaya mudah untuk diarahkan dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri anak tersebut.
            Ada berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, khususnya dalam mengembangkan serta meningkatkan kreatifitas yang ada pada diri anak. Adapun salah satu metode tersebut adalah dengan mengajarkan pada anak-anak  bagaimana cara menggambar, menggunting kemudian menempelkan hasil karyanya tersebut. Sehingga anak-anak tahu bagaimana hasil karya yang sudah mereka ciptakan sendiri sesuai dengan imajinasi mereka.
1.      Menggambar dan Mewarnai Gambar
Dalam meningkatkan kreativitas anak orang tua maupun guru tidak boleh memaksakan kehendak mereka kepada anak untuk melakukan sesuatu, hal ini dikarenakan setiap anak memiliki kreativitas yang berbeda-beda sehingga orang tua maupun guru perlu memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dalam mengembangkan kreativitasnya.Menggambar adalah tergolong jenis karya seni rupa yang dibuat orang yang memiliki jiwa seni dan nilai estetika, Sedangkan, mewarnai merupakan media bereksplorasi untuk menuangkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Kegiatan mewarnai ini akan mengajak kepada anak bagaimana mengarahkan kebiasan-kebiasaan anak dalam mewarnai dengan spontan menjadi kebiasaan-kebiasaan menuangkan warna yang mempunyai nilai-nilai pendidikan. Hal ini dilakukan melalui memberi warna, memilih warna, menjajarkan warna untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang berguna bagi perkembangan pendidikan anak.
2.      Menggunting Pola
Menggunting akan melatih anak mencapai kemampuan keterampilan, sikap dan apresiatif. Keterampilan didapatkan dari bagaimana si anak mengoperasikan alat gunting untuk memotong pola, memotong ditempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak.Menggunting mempunyai tujuan motorik, yaitu melatih keterampilan anak melalui menggunting pola yang telah diwarnai. Pada pelaksanaan menggunting,guru atau orang tua harus benar-benar memperhatikan anak, karena di sanping untuk kehati-hatian dalam menggunting agar tidak menjadikan fatal bagi dirinya dan tidak membuat rusaknya gambar yang digunting. Selain itu, pola yang dibuat anak sudah memiliki batas , yaitu garis yang membatasi gambar atau kontur bidang. Hal ini dimaksudkan agar gambar yang sebenarnya tidak rusak oleh gunting yang digunakan menggunting pola.
3.      Menempel Sesuai Gambar
Kegiatan menempel gambar pada dasarnya adalah untuk mengasah tingkat kognitif anak didik.Dengan kegiatan tersebut, anak dilatih untuk menempel sesuai gambar, seperti menempel gambar bunga mawar. Selain dapat menempel gambar tersebut, anak juga dapat secara otomatis akan mengetahui nama-nama dari gambar tersebut. Proses dalam menempel mempunyai tujuan motorik yang sangat nyata, kerena dalam menempel potongan gambar diperlukan ketelitian, kesabaran, keterampilan dalam proses penempelan gambar. Untuk kegiatan menempelkan gambar, telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada batas-batasnya, yaitu ruangan kosong yang bentuknya sama dengan bentuk ruangan yang diwarnai. Penempelan dengan menggunakan lem merupakan kegiatan yang perlu mendapat bimbingan oleh pendidik secara ekstra.Untuk pelaksaanan penempelan, sering banyak terdapat kesulitan bagi anak, yaitu arah gambar yang sering terbalik, bagian atas diletakkan di bagian bawah dan atau sebaliknya, atau penempelan yang tidak pas sehingga apabila sudah terlanjur menempel sulit untuk lepas lagi.Dari kejadian seperti ini, maka sebagai pendidik benar-benar harus memperhatikan dan membimbing dengan sabar dan teliti.
Aspek Pengamatan dalam Kegiatan Menempel Menurut Sumanto (2005:153) pengamatan yang dapat diperhatikan oleh guru pada saat menerapkan metode menempel terdiri dari beberapa aspek berikut ini :
a.       Antusias
Antusias anak dalam melakukan kegiatan dapat dilihat dari semangat dan keceriaannya dalam melakukan kegiatan menggunting dan menempel.Biasanya anak yang memiliki 13 semangat yang tinggi selalu ingin menjadi yang pertama memulai dan menyelesaikan pekerjaannya.
b.      Ketelitian
Dalam mewarnai, menggunting dan menempel sangat diperlukan ketelitian karena motorik halus anak yang baru mulai terbentuk maka akan sangat mudah melihat dan menilai ketelitian anak dalam menggunting dan menempel. Masih banyak anak yang masih ada anak yang menggunting gambar tidak mengikuti garis gambar dan masih ada anak yang menempel di tempat yang tidak tepat.
c.       Ketepatan
Ketepatan anak dalam menggunting gambar sesuai perintah guru dan ketepatan anak menempel pada gambar yang telah disediakan juga merupakan indikasi bahwa motorik halus anak sudah berkembang
d.      Ketekunan
Bagi anak yang tidak memiliki semangat dalam menggunting dan menempel maka kegiatan ini akan sangat membosankan. Hal ini biasanya ditandai dengan cara anak menggunting yang asal-asalan sehingga terkesan dipaksakan. Menempel untuk anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dibuat untuk dapatmemaksimalkan anak mengoptimalkan segala aspekperkembangannya (Suyanto, 2005:27).
Anak diberikebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya.Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator.Pendidik sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan.Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak.Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat kepada anak dalam mencegah rasa bosan yang dialami anak.Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah digunakan anak untuk menempel.Bahan-bahan didapat dari lingkungan sekitar.
Bahan yang didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja, majalah, kaleng, sarung buah dan lain sebagainya. Semakin beragam bahan yang disediakan akan semakin baik. Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak.Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan.Pendidik sebagai motivator yang berarti pendidik memberikan penguatan-penguatan positif dari hasil karya anak.Dapat juga dilakukan dengan memberi dukungan sebelum memulai kegiatan.Dukungan yang diberikan dapat memberi semangat anak untuk menempel sesuai dengan imajinasi dan kreativitas.Dukungan yang diberikan sebelum memulai kegiatan dapat dilakukan dengan bercerita.Cerita dapat dimulai daripermasalahan yang dialami anak, misalnya dengan menanyakan kabar anak dan lain sebagainya. Untuk memulai sebuah cerita bagi para pendidik bukanlah hal yang sulit karena setiap anak memiliki keinginan untuk menceritakan apa yang dialami dalam perjalanan atau di rumah kepada orang yang ada di sekitarnya (Suyanto, 2005:27).
Pengembangan kreativitas dapat dimulai dengan membukakan imajinasi anak melalui bercerita. Proses kegiatan menempel untuk anak usia dini menekankan kebebasan anak untuk berkreasi. Kreativitas anak akan tertuang dalam hasil karya anak-anak. Kegiatan awal dapat dilakukan dengan memberikan salam dan menyapa anakanak. Sebelumnya, pendidik telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk menempel pada hari itu. Bahan-bahan yang disediakan dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran, warna, dan bentuk ataupun corak.Setiap klasifikasi diletakkan dalam beberapa wadah yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan anak memilih bahan yang akan digunakan. Jumlah bahan yang ada sebaiknya tidak lebih dari dua puluh setiap klasifikasinya.
Tujuannya adalah agar anak dapat mengambil bahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Hasil karya anak juga tidak monoton karena tidak berasal dari bentuk yang sama. Persiapan selain bahan-bahan untuk menempel, pendidik juga dapat menyediakan lem, kertas format dan keranjang untuk setiap anak sebagai wadah untuk meletakkan semua bahan-bahan dan perlengkapan yang dipilih (Santoso, 2007:39).
Penyambutan pendidik kepada anak yang baru datang dapat dilakukan dengan menyapa dan menanyakan kabar anak. Cerita-ceritaringan seputar pengalaman anak yang dilakukan sebelum kegiatan menempel berfungsi untuk mengembangkan imajinasi anak akan bentuk dan karya apa yang akan diciptakan oleh anak. Setelah kegiatan bercerita dilakukan, anak diminta untuk mengambil keranjang masing-masing dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan hari ini. Anak dapat menciptakan kertas tempel sendiri dengan cat air atau pensil warna dan crayon.Kegiatan ini dapat dilakukan sendiri dengan atau tanpa petunjuk pendidik.Setiap keputusan yang diambil anak untuk memilih bahan adalah bentuk pembelajaran anak dalam mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah (Bambang, 2009:44).
Anak yang telah memilih bahan-bahan yang diinginkan diberikan kesempatan untuk menciptakan sesuatu dari hasil imajinasinya.Pendidik memberikan waktu dan kesempatan kepada anak untuk berkreasi.Untuk anak-anak yang dapat melakukan tugasnya dengan cepat dapat diberikan kesempatan untuk memilih bahan-bahan baru dan menciptakan karya baru.Waktu untuk bereksplorasi dapat ditentukan berdasarkan hasil observasi dan hasil perjanjian antara pendidik dengan anak.Kegiatan eksplorasi yang telah berakhir dapat dilanjutkan dengan menunjukkan hasil karyanya pada teman-teman.Jika hasil menempelnya belum kering maka dapat diletakkan disatu bagian untuk dikeringkan.Kegiatan bercerita dapat dilakukan setelah kegiatan eksplorasi. Salah satu tujuannya adalah untuk melatih kepercayaan diri dan kemampuan berkomunikasi pada anak (Suyanto,2005:33).
Kegiatan 3M diatas selain mampu meningkatkan kreatifitas anak usia dini juga mampu meningkatkan motorik halus anak, karena melalui kegiatan 3M ini melatih kekuatan tangan dan melatih koordinasi otot tangan dan mata. Melalui permainan menggunting, menempel anak mampu melatih kekuatan tangan dan mata.
Menurut Mudjito (2007) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu:
1.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya danmemperoleh perasaan senang.
2.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan–bulan pertama kehidupannya.
3.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya denganlingkungan sekolah. 
Karakter perkembangan motorik halusmenurut Mudjito (2007) keterampilanmotorik halus yang paling utama adalah:
1.    Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuangerak halus anak belum berbeda darikemampuan gerak halus anak bayi. 
2.    Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudahmengalami kemajuan dan gerakannyasudah lebih cepat, bahkan cenderungsempurna. 
3.    Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan,lengan, dan tubuh bergerak di bawahkoordinasi mata.
4.    Pada akhir masa kanak-kanak usia 6tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil. 
Gerakan motorik halus adalah bilagerakan hanya melibatkan bagian-bagiantubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilanmenggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan inimembutuhkan koordinasi mata dan tanganyang cermat. Gerakan motorik halus yangterlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir,memakai sepatu sendiri, dan sebagainya.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan polagerakan yang dapat dilakukan anak.Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atausebagian besar anggota tubuh, sedangkandalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasitangan dan mata.Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.Semakin baiknya gerakan motorik halusanak membuat anak dapat berkreasi, sepertimenggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas,tapi tidak semuaanak memiliki kematangan untuk menguasaikemampuan pada tahap yang sama. Dalammelakukan gerakan motorik halus anak jugamemerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental (Sujiono, metode perkembangan fisik). 


DAFTAR PUSTAKA

Bean, Reynold, Ed.M. 1995. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta: Binarupa Aksara. H.B., Usman. 2005.

Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Departermen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:PT Rineka Cipta.