Oleh: Ikhwan Kurniawan, S.Pd
Pendidikan
merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut
Undang-Undang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam
rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagaimana
diatur dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu
dilakukan berbagai upaya stategis dan integral penunjang penyelenggaraan
pendidikan. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku
untuk semua (education for all), mulai dari usia dini sebagai masa “the golden
age” sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan salah satu bentuk pendidikan yang ada di jalur pendidikan formal.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukkan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak
usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan
kognitif (kecerdasan intelektual) sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan
mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara adaptive
(bersahabat).
Pada
dasarnya setiap peserta didik dikarunai potensi kreatif sejak lahir.Hal ini
dapat kita lihat dari perilaku bayi dalam mengeksplorasi apapun yang ada di
sekitarnya secara alamiah.Mereka dapat menikmati warna, cahaya, gerakan dan
bunyi. Selain itu juga dapat kita lihat pada perilaku anak usia dini yang
secara alamiah gemar bertanya, mencoba, memperhatikan hal-hal yang baru. Semua
kegemaran yang timbul dalam diri anak merupakan potensi kreatif yang sangat
dibutuhkan hingga mereka dewasa nanti. Oleh karena itu, upaya perangsangan
kreativitas pada usia dini sangat penting sekali. Orangtua dan pendidik
sebenarnya memahami tentang pentingnya mengembangkan kreativitas anak sejak
usia dini. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kesulitan yang
berkenaan dengan mengembangkan kreativitas pada anak usia dini.
Untuk
pengoptimalian potensi kreatif yang dimiliki anak usia dini agar mereka tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki perlu dilakukan suatu
upaya yang kreatif agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
dengan keadaan yang nyaman, menyenangkan dan bermakna dalam diri anak.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan oleh orang tua dan pendidik melalui
kegiatan bermain. Sebab mengembangkan kreativitas anak usia dini tidak bisa
dilepaskan dari faktor bermain. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan
esensial bagi anak usia dini. Melalui kegiatan bermain memungkinkan anak untuk
belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu juga
dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif,
kreatifitas, bahasa, emosi, nilai dan siap hidup.
Metode
3M ini ditulis karena penulis merasa bahwa masih banyak orang tua yang belum
memahami bagaimana cara meningkatkan kreatifitas dan motoric halus pada anak
usia dini.
B. PEMBAHASAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap anak memiliki
kemampuan dan kreatifitas yang bervariasi dan berbeda antara satu dengan yang
lain. Untuk itulah kita sebagai seorang guru harus mampu memahami kemampuan
masing-masing anak supaya mudah untuk diarahkan dalam mengembangkan potensi
yang ada pada diri anak tersebut.
Ada berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, khususnya dalam mengembangkan
serta meningkatkan kreatifitas yang ada pada diri anak. Adapun salah satu
metode tersebut adalah dengan mengajarkan pada anak-anak bagaimana cara menggambar, menggunting
kemudian menempelkan hasil karyanya tersebut. Sehingga anak-anak tahu bagaimana
hasil karya yang sudah mereka ciptakan sendiri sesuai dengan imajinasi mereka.
1. Menggambar
dan Mewarnai Gambar
Dalam
meningkatkan kreativitas anak orang tua maupun guru tidak boleh memaksakan
kehendak mereka kepada anak untuk melakukan sesuatu, hal ini dikarenakan setiap
anak memiliki kreativitas yang berbeda-beda sehingga orang tua maupun guru
perlu memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dalam mengembangkan
kreativitasnya.Menggambar adalah tergolong jenis karya seni rupa yang dibuat
orang yang memiliki jiwa seni dan nilai estetika, Sedangkan, mewarnai merupakan
media bereksplorasi untuk menuangkan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Kegiatan mewarnai ini akan mengajak kepada anak bagaimana mengarahkan
kebiasan-kebiasaan anak dalam mewarnai dengan spontan menjadi
kebiasaan-kebiasaan menuangkan warna yang mempunyai nilai-nilai pendidikan. Hal
ini dilakukan melalui memberi warna, memilih warna, menjajarkan warna untuk
mendapatkan kemampuan-kemampuan yang berguna bagi perkembangan pendidikan anak.
2. Menggunting
Pola
Menggunting
akan melatih anak mencapai kemampuan keterampilan, sikap dan apresiatif.
Keterampilan didapatkan dari bagaimana si anak mengoperasikan alat gunting
untuk memotong pola, memotong ditempat yang benar, kecermatan mana yang harus
dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong
dengan waktu yang relatif lama bagi anak.Menggunting mempunyai tujuan motorik,
yaitu melatih keterampilan anak melalui menggunting pola yang telah diwarnai.
Pada pelaksanaan menggunting,guru atau orang tua harus benar-benar
memperhatikan anak, karena di sanping untuk kehati-hatian dalam menggunting
agar tidak menjadikan fatal bagi dirinya dan tidak membuat rusaknya gambar yang
digunting. Selain itu, pola yang dibuat anak sudah memiliki batas , yaitu garis
yang membatasi gambar atau kontur bidang. Hal ini dimaksudkan agar gambar yang
sebenarnya tidak rusak oleh gunting yang digunakan menggunting pola.
3. Menempel
Sesuai Gambar
Kegiatan menempel gambar pada dasarnya adalah untuk
mengasah tingkat kognitif anak didik.Dengan kegiatan tersebut, anak dilatih untuk
menempel sesuai gambar, seperti menempel gambar bunga mawar. Selain dapat
menempel gambar tersebut, anak juga dapat secara otomatis akan mengetahui
nama-nama dari gambar tersebut. Proses dalam menempel mempunyai tujuan motorik
yang sangat nyata, kerena dalam menempel potongan gambar diperlukan ketelitian,
kesabaran, keterampilan dalam proses penempelan gambar. Untuk kegiatan
menempelkan gambar, telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada batas-batasnya,
yaitu ruangan kosong yang bentuknya sama dengan bentuk ruangan yang diwarnai.
Penempelan dengan menggunakan lem merupakan kegiatan yang perlu mendapat
bimbingan oleh pendidik secara ekstra.Untuk pelaksaanan penempelan, sering
banyak terdapat kesulitan bagi anak, yaitu arah gambar yang sering terbalik,
bagian atas diletakkan di bagian bawah dan atau sebaliknya, atau penempelan
yang tidak pas sehingga apabila sudah terlanjur menempel sulit untuk lepas
lagi.Dari kejadian seperti ini, maka sebagai pendidik benar-benar harus
memperhatikan dan membimbing dengan sabar dan teliti.
Aspek Pengamatan dalam Kegiatan
Menempel Menurut Sumanto (2005:153) pengamatan yang dapat diperhatikan oleh
guru pada saat menerapkan metode menempel terdiri dari beberapa aspek berikut
ini :
a.
Antusias
Antusias
anak dalam melakukan kegiatan dapat dilihat dari semangat dan keceriaannya
dalam melakukan kegiatan menggunting dan menempel.Biasanya anak yang memiliki
13 semangat yang tinggi selalu ingin menjadi yang pertama memulai dan
menyelesaikan pekerjaannya.
b.
Ketelitian
Dalam
mewarnai, menggunting dan menempel sangat diperlukan ketelitian karena motorik
halus anak yang baru mulai terbentuk maka akan sangat mudah melihat dan menilai
ketelitian anak dalam menggunting dan menempel. Masih banyak anak yang masih
ada anak yang menggunting gambar tidak mengikuti garis gambar dan masih ada
anak yang menempel di tempat yang tidak tepat.
c.
Ketepatan
Ketepatan
anak dalam menggunting gambar sesuai perintah guru dan ketepatan anak menempel
pada gambar yang telah disediakan juga merupakan indikasi bahwa motorik halus
anak sudah berkembang
d.
Ketekunan
Bagi
anak yang tidak memiliki semangat dalam menggunting dan menempel maka kegiatan
ini akan sangat membosankan. Hal ini biasanya ditandai dengan cara anak
menggunting yang asal-asalan sehingga terkesan dipaksakan. Menempel untuk anak
usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut
dibuat untuk dapatmemaksimalkan anak mengoptimalkan segala aspekperkembangannya
(Suyanto, 2005:27).
Anak
diberikebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan
kreativitasnya.Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak
tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator.Pendidik
sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan.Keanekaragaman
bahan yang disediakan oleh pendidik dapat mempengaruhi pengembangkan
kreativitas anak.Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk
memberi semangat kepada anak dalam mencegah rasa bosan yang dialami
anak.Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum
pernah digunakan anak untuk menempel.Bahan-bahan didapat dari lingkungan
sekitar.
Bahan
yang didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik.
Barang bekas untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong
belanja, majalah, kaleng, sarung buah dan lain sebagainya. Semakin beragam
bahan yang disediakan akan semakin baik. Bahan menempel bisa juga dibuat
sendiri oleh anak.Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya
dan memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan.Pendidik sebagai motivator
yang berarti pendidik memberikan penguatan-penguatan positif dari hasil karya
anak.Dapat juga dilakukan dengan memberi dukungan sebelum memulai
kegiatan.Dukungan yang diberikan dapat memberi semangat anak untuk menempel
sesuai dengan imajinasi dan kreativitas.Dukungan yang diberikan sebelum memulai
kegiatan dapat dilakukan dengan bercerita.Cerita dapat dimulai daripermasalahan
yang dialami anak, misalnya dengan menanyakan kabar anak dan lain sebagainya.
Untuk memulai sebuah cerita bagi para pendidik bukanlah hal yang sulit karena
setiap anak memiliki keinginan untuk menceritakan apa yang dialami dalam
perjalanan atau di rumah kepada orang yang ada di sekitarnya (Suyanto,
2005:27).
Pengembangan
kreativitas dapat dimulai dengan membukakan imajinasi anak melalui bercerita.
Proses kegiatan menempel untuk anak usia dini menekankan kebebasan anak untuk
berkreasi. Kreativitas anak akan tertuang dalam hasil karya anak-anak. Kegiatan
awal dapat dilakukan dengan memberikan salam dan menyapa anakanak. Sebelumnya,
pendidik telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk menempel
pada hari itu. Bahan-bahan yang disediakan dapat dikelompokkan berdasarkan
ukuran, warna, dan bentuk ataupun corak.Setiap klasifikasi diletakkan dalam
beberapa wadah yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan anak memilih
bahan yang akan digunakan. Jumlah bahan yang ada sebaiknya tidak lebih dari dua
puluh setiap klasifikasinya.
Tujuannya
adalah agar anak dapat mengambil bahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.
Hasil karya anak juga tidak monoton karena tidak berasal dari bentuk yang sama.
Persiapan selain bahan-bahan untuk menempel, pendidik juga dapat menyediakan
lem, kertas format dan keranjang untuk setiap anak sebagai wadah untuk
meletakkan semua bahan-bahan dan perlengkapan yang dipilih (Santoso, 2007:39).
Penyambutan
pendidik kepada anak yang baru datang dapat dilakukan dengan menyapa dan
menanyakan kabar anak. Cerita-ceritaringan seputar pengalaman anak yang
dilakukan sebelum kegiatan menempel berfungsi untuk mengembangkan imajinasi
anak akan bentuk dan karya apa yang akan diciptakan oleh anak. Setelah kegiatan
bercerita dilakukan, anak diminta untuk mengambil keranjang masing-masing dan
memilih bahan-bahan yang akan digunakan hari ini. Anak dapat menciptakan kertas
tempel sendiri dengan cat air atau pensil warna dan crayon.Kegiatan ini dapat
dilakukan sendiri dengan atau tanpa petunjuk pendidik.Setiap keputusan yang
diambil anak untuk memilih bahan adalah bentuk pembelajaran anak dalam
mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah (Bambang, 2009:44).
Anak
yang telah memilih bahan-bahan yang diinginkan diberikan kesempatan untuk
menciptakan sesuatu dari hasil imajinasinya.Pendidik memberikan waktu dan
kesempatan kepada anak untuk berkreasi.Untuk anak-anak yang dapat melakukan
tugasnya dengan cepat dapat diberikan kesempatan untuk memilih bahan-bahan baru
dan menciptakan karya baru.Waktu untuk bereksplorasi dapat ditentukan berdasarkan
hasil observasi dan hasil perjanjian antara pendidik dengan anak.Kegiatan
eksplorasi yang telah berakhir dapat dilanjutkan dengan menunjukkan hasil
karyanya pada teman-teman.Jika hasil menempelnya belum kering maka dapat
diletakkan disatu bagian untuk dikeringkan.Kegiatan bercerita dapat dilakukan
setelah kegiatan eksplorasi. Salah satu tujuannya adalah untuk melatih
kepercayaan diri dan kemampuan berkomunikasi pada anak (Suyanto,2005:33).
Kegiatan
3M diatas selain mampu meningkatkan kreatifitas anak usia dini juga mampu
meningkatkan motorik halus anak, karena melalui kegiatan 3M ini melatih
kekuatan tangan dan melatih koordinasi otot tangan dan mata. Melalui permainan
menggunting, menempel anak mampu melatih kekuatan tangan dan mata.
Menurut Mudjito (2007)
mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan
motorik halus yaitu:
1. Melalui keterampilan motorik,
anak dapat menghibur dirinya danmemperoleh perasaan senang.
2. Melalui keterampilan motorik,
anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan–bulan pertama
kehidupannya.
3. Melalui keterampilan motorik,
anak dapat menyesuaikan dirinya denganlingkungan sekolah.
Karakter perkembangan motorik halusmenurut Mudjito (2007)
keterampilanmotorik halus yang paling utama adalah:
1. Pada saat anak usia 3 tahun,
kemampuangerak halus anak belum berbeda darikemampuan gerak halus anak bayi.
2. Pada usia 4 tahun, koordinasi
motorik halus anak secara substansial sudahmengalami kemajuan dan
gerakannyasudah lebih cepat, bahkan cenderungsempurna.
3. Pada usia 5 tahun, koordinasi
motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan,lengan, dan tubuh bergerak
di bawahkoordinasi mata.
4. Pada akhir masa kanak-kanak
usia 6tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan
tangannya untuk menggunakan ujung pensil.
Gerakan
motorik halus adalah bilagerakan hanya melibatkan bagian-bagiantubuh tertentu
saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilanmenggunakan jari
jemari tangan dan
gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan inimembutuhkan
koordinasi mata dan tanganyang cermat. Gerakan motorik halus yangterlihat saat
usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir,memakai
sepatu sendiri, dan sebagainya.
Perkembangan
motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan polagerakan
yang dapat dilakukan anak.Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak
belajar menggerakkan seluruh atausebagian besar anggota tubuh, sedangkandalam
mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan
koordinasitangan dan mata.Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan
agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.Semakin baiknya
gerakan motorik halusanak membuat anak dapat berkreasi, sepertimenggunting
kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas,tapi tidak semuaanak
memiliki kematangan untuk menguasaikemampuan pada tahap yang sama.
Dalammelakukan gerakan motorik halus anak jugamemerlukan dukungan keterampilan
fisik serta kematangan mental (Sujiono,
metode perkembangan fisik).
DAFTAR PUSTAKA
Bean, Reynold, Ed.M. 1995. Cara Mengembangkan
Kreativitas Anak. Jakarta: Binarupa Aksara. H.B., Usman. 2005.
Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Departermen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:PT Rineka Cipta.